Sunday, May 10, 2015

healty diet


Buat yang ingin diet ini ada brosur untuk dibaca semoga bermanfaat


healty 

leaflet anemia



Makalah Proses Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.
         Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
        Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

B. RUMUSAN MASALAH
2.1 Apa sajakah benda cair, cairan, dan gas dalam tubuh manusia?
2.2 Bagaimana seharusnya banyaknya cairan dalam tubuh sehingga dapat seimbang?
2.3 Apa sajakah hormon terkait dengan keseimbangan cairan dan elektrolit?
2.4 Bagaimana keseimbangan asam dan basa dalam tubuh?
2.5 Apa saja tanda dan gejala kecukupan cairan dan elektrolit?

C. TUJUAN
3.1 Agar semua mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang hormon untuk keseimbangan cairan dan elektrolit.
3.2 Agar dapat mengetahui cairan yang dibutuhkan oleh tubuh.
3.3 Agar dapat mengaplikasikan pengetahuan ini dalam praktek kehidupan sehari-hari.
3.4 Agar dapat asupan cairan dalam tubuh sudah seimbang atau belum.
3.5 Agar dapat memenuhi asupan cairan dalam tubuh.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Benda Cair, Cairan dan Gas dalam Tubuh Manusia
Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia.Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air.Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat di dalam tubuh,nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang dewasa.Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih dan terbiasa berolahraga seperti tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung lebih banyak air jika dibandingkan tubuh nonatlet.Di dalam tubuh,sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan,seperti paru-paru atau jantung,sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi.Konsumsi cairanyang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh.Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan perharinya.Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin,500 ml melalui keluarnya keringat,400ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan feces(tinja).Sehingga berdasarkan estimasi ini,konsumsi antara 8-10gelas (1 gelas ��240 ml) biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan per-harinya.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.Keseimbangan cairandan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkanpartikel-partikelbermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
·         cairan intraseluler dan
·         cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel diseluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompokyaitu:cairan intravaskuler(plasma),cairan interstitial dan cairan transeluler.Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler,cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,cairan intraokuler,dan sekresi saluran cerna.
Fungsi Cairan Tubuh
Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat.Selain berperan dalam proses metabolisme,air yang terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung, pelumas dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh,katalisator reaksi biologik sel,pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal,air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ± 37 C.
Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain :
a.Umur
b.Kondisi lemak tubuh
c.Sex

Perhatikan Uraian berikut ini :
No.
Umur
Presentase
1.
Bayi (baru lahir)
. 75 %
2.
Dewasa :
a.Pria (20-40 tahun)
b.Wanita (20-40 tahun)

60 %
50 %
3.
. Usia Lanjut
Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20% dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 %cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.
Mekanisme pertukaran gas
Pengangkutan O2
Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan tubuh, melalui proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan berdifusi menembus selaput alveolus dan berikatan dengan haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebut deoksigenasi dan menghasilkan senyawa oksihemoglobin (HbO) seperti reaksi berikut :
Sekitar 97% oksigen dalam bentuk senyawa oksihemoglobin, hanya 2 – 3% yang larut dalam plasma darah akan dibawa oleh darah ke seluruh jaringan tubuh, dan selanjutnya akan terjadi pelepasan oksigen secara difusi dari darah ke jaringan tubuh, seperti reaksi berikut :
Pengangkutan CO2
Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses respirasi sel akan berdifusi ke dalam darah yang selanjutnya akan diangkut ke paru-paru untuk dikeluarkan sebagai udara pernapasan.
     Ada 3 (tiga) cara pengangkutan CO2 :
·         Sebagai ion karbonat (HCO3), sekitar 60 – 70%.
·         Sebagai karbominohemoglobin (HbCO2), sekitar 25%.
·         Sebagai asam karbonat (H2CO3) sekitar 6 – 10%.
B.Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel.Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan.Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma.Sebaliknya,peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
    Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air.Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap,maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh.hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya.Water turnover dibagi dalam:
 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan
 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen seperti    
     proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
    Memperhatikan keseimbangan garam.Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya.Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya.Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
§  mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
§  mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah.Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting.Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron,Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air.Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma.Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.

2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan.semakin tinggi osmolaritas,semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel.Ion natrium merupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel,dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel.sedangkan di dalam cairan intrasel,ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel.Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.
 pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:

      Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen.Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm).Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air,sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta.Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus.Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air.Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik.Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH).Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
      Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin.Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen.Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta.Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus  koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
selain itu,rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus,dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin.Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus,dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium.Sedangkan dalam sistem endokrin,hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara,jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh,maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air.
perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu lingkungan,diet,stres,dan penyakit.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain:
      a.Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia,karena usia akanberpengaruh pada luas permukaan tubuh,metabolisme,dan berat badan.Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa.Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

      b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapatkehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

     c. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit.Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

     d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel,glukosa darah,dan pemecahan glykogen otot.Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi airsehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.



      e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
  keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
         pemenuhan intake cairan
·         Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction,nasogastric tube dan lain-lain.
·         Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
·         Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tibuh adalah :
      Volume
      Osmolalitas
      Komposisi
Ketidakseimbangan volume terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) danmenyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatifsama, sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF).
Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF)dan menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah ang relatif tidak seimbang. Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.
Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertaiperubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secaraosmotik sehingga mengakibatkan perubahan komposisional.

a. Ketidakseimbangan Volume
• kurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)
Kekurangan volume ECF atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangancairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasiy ang seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia.
- cairan Isotonis adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan
   cairan
   tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9 %, Larutan Ringer Lactate (RL).
- Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya
  melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal,
  Dextrose
  5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya
   Kurang dari cairan tubuh, contohnya : larutan Glukosa 2,5 %.,NaCl.0,45 %,NaCl  
   0,33%

   • Kelebihan Volume ECF :
Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema.Edema adalah penunpukan cairan interstisial yang berlebihan.Edema dapat terlokalisir atau generalisata.

b.Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional
Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh.Karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi)adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam plasma.
 Pahami jugaperubahan komposisional di bawah ini :
    • Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5
      mEq/L.
    • Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama
      dengan
      5,5 mEq/L.
    • Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan
      ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.
C.Hormon-Hormon Terkait dengan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
1.      ADH
Hormon utama yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah ADH danAldosteron. Keadaan kekurangan air akan meningkatkan osmolitas darah dan keadaan ini akan direspon oleh kelenjar hipofisis dengan melepaskan ADH. ADH akan menurunkan produksi urinedengan cara meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal. Selama periode sementarakekurangan volume cairan, seperti yang terjadi pada muntah dan diare atau perdarahan, jumlah ADH di dalam darah meningkat. Akibatnya, reabsorpsi air oleh tubulus ginjal meningkat dan air akan dikembalikan ke dalam volume darah sirkulasi. Dengan demikian haluaran urine akan berkurang sebagai respon terhadap kerja Hormon ADH ini.

2.      ALDOSTERON
Aldosteron merupakan suatu mineralokortikoid yang diproduksi oleh korteks adrenal.Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium dengan menyebabkan tubulus ginjalmengekskresi kalium dan mengabsorpsi natrium. Akibatnya, air juga akan direabsorpsi dandikembalikan ke volume darah. Kekurangan volume cairan, misalnya karena perdarahan ataukehilangan cairan pencernaan dapat mensekresi aldosteron ke dalam darah.

3.      GLUKOKORTIKOID
Hormon kelas tiga, Glukokortikoid, memengaruhi keseimbangan air dan elektrolit. Sekresihormon glukokortikoid secara normal tidak menyebabkan ketidakseimbangan cairan utama, namunkelebihan hormon di dalam sirkulasi dapat menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang kitakenal sebagai sindrom Cushing.
D.Keseimbangan Asam dan Basa
Keseimbangan Asam Basa (KAB)
  • Dilihat dari konsentrasi H+ cairan tubuh
  • Parameter fisiologis terpenting.
  • Berpengaruh terhadap semua enzym dan proses biokimia.

Mekanisme Pengatur
  1. Mekanisme Dapar (penyangga)
  2. Mekanisme Pernafasan
  3. Mekanisme Ginjal
Pengertian
  1. Asam
  • Senyawa kimia atau molekul yang memberi/melepas ion hidrogen (H+).
  • Donor H+ / Donor proton
  • Exp: (Asam clorid) HCL ® H+ + Cl
(asam karbonat) H2CO3 ® H+ + HCO3
  1. Basa
  • Senyawa kimia, ion, atau molekul yang menerima H+.
  • Akseptor Proton
  • Exp: NaOH ® Na+ + OH(ion hidroksil)
Faktor-faktor yang mempengaruhi asam basa
a.       Pemberian asam melalui makanan
b.      Penambahan secara endogen dari hasil metabolisme (laktat)
c.       Penambahan secara endogen yang tidak fisiologis (DM)
d.      Pengeluaran asam/basa oleh ginjal dan usus
e.       Pengeluaran asam karbonat (H2CO3) oleh paru
f.       Pembentukan asam dalam jumlah besar oleh sel-sel lambung
Macam-macam gangguan keseimbangan asam basaAda 6 jenis kelainan yang dapat timbul yaitu:
a.       Asidosis respiratorik
b.      Alkalosis respiratorik
c.       Asidosis metabolik
d.      Alkalosis metabolik
e.       Asidosis respiratorik dan metabolik bersamaan
f.       Alkalosis respiratorik dan metabolik bersamaan
(ion bikarbonat) HCO3 + H+ ® H2CO3
Dapar ® larutan kimia ® Asam lemah
Garam dari asam tersebut
Asidosis
  • H+ Darah > Normal, atau pH < normal
  • Kehilangan basa, kelebihan asam.
Asidosis Metabolik
  • Peningkatan asam organik ataupun anorganik
  • Penurunan fraksi karbinat
  • PCO2 tak berubah (kompensasi)
Asidosis Respiratorik
  • Peningkatan berlebih CO2
Alkalosis
  • H+ Darah < Normal, atau pH > Normal
  • Kelebihan Basa (HCO3) ® kompensasi –
Alkalosis Metabolik
  • Basa meningkat
  • Asam menurun
  • Kenaikan fraksi bicarbonat
Alkalosis Respiratorik
  • Penurunan Asam bikarbonat
  • Hiperventilasi

Standar Bicarbonat (HCO3)
  • Kadar HCO3 Plasma ® PCO2 40 mmHg, t 37O, O2 penuh
  • SBC ¯¯ ® Asidosis Metabolik
  • SBC ­­ ® Alkalosis metabolik
  • ABC > SBC ® Asidosis Respirasi
  • ABC < SBC ® Alkalosis Respirasi
  • ABC ~ SBC nilai rendah ® Asidosis Metabolik Kompensasi (-)
  • ABC ~ SBC nilai tinggi ® Alkalosis Metabolik Kompensasi (-)

Base Ekses Defisit
Jumlah Asam kuat dalam MEQ perliter yang perlu dititrasikan dalam darah pH 7,40 pada PCO2 40 mmHg, t 37O.

Mekanisme Pengatur
  1. Mekanisme Dapar (penyangga)
  2. Mekanisme Pernafasan
  3. Mekanisme Ginjal

Mekanisme Dapar Kimia
a.       Sistem Dapar bikarbonat – Asam Karbonat
Asam ………. HCl + NaHCO3 ® H2CO3 + NaCl
H2CO3 ® H2O + CO2
Basa………… NaOH ® H2CO3 ® NaHCO3 + H2O

pH = pK + Log HCO3/ H2CO3 = 6,1 + Log 27/1,35 = 6,1 + 1,3 = &,4

b.      Sistem Dapar Fosfat
NaOH + NaH2 PO4 ® Na2HPO4 + H2O
c.       Sistem Dapar Protein
d.      Sistem Dapar Hemoglobin

Mekanisme Pernafasan
§  Konsentrasi CO2 CES diatur.
§  Kecepatan metabolisme < Kecepatan Pengeluaran ® H2CO3 Darah ­­ ® ­­ PCO2 Alveoli ® Rangsang Pusat Nafas ® Hiperventilasi ® PCO2 ¯.
Mekanisme Ginjal
  • Filtrasi + Reabsorbsi ion Bikarbonat – Glomerolus
  • Pengeluaran Asam ® Pengasaman garam dapar fosfat Sekresi NH4+
Angka Normal
  • pH = 7,35 – 7,45
  • PCO2 = 35 – 45 mmHg
  • PO2 = 80 – 100 mmHg
  • BE = - 2,5 – + 2,5 mEq/liter
  • Bicarbonat = 22 – 26 mEq/liter
  • TCO2 = 24 – 31 mEq/liter
v  Jenis Golongan Kesetimbangan Asam dan Basa
1.                              Asidosis Metabolik.
§ Karena kekurangan basa dan atau akumulasi kelebihan asam.
§ Terapi :
o   Menghentikan gangguan metabolik ® Menujun Asidosis, Mengembalikan kehilangan elektrolit.
o   Menghilangkan vol. Sodium Bicarbonat
BB x 0,2 x BE (mEq/Liter)
2.                              Alkalosis Metabolik.
    • Kehilangan ion H lewat Renal atau pun Gastrointestinal.
    • Tambahan ion HCO3
      ® Pemberian NaHCO3
      ® Perubahan metabolik Sitrat, laktat, Asetat.
    • Terapi :
      - Pada renal insufisiensi
      ® NH4Cl, Crisin Hidroclorid.
      - HCl I.V. (250 mmal HCl/D5/Lt)
      ® 300 – 350 mmal/hari
3.                            Asidosis Respirasi
    • Berkurangnya Volume. Semenit ® Penyakit SSP
    • Bagian mekanisme pernafasan ® Pneumotoraks
    • Penyakit paru akut ® kronis
    • Akumulasi CO2 ® Anesthesi rebreathing
    • Terapi : Perbaiki ventilasi
4.                            Alkalosis Respirasi
    • Hipoksia karena anemia atau berada di tempat tinggi
    • Hiperventilasi mekanis ® ventilator
    • Ensefalitis
    • Ansietas
    • Gagal hati, Syok atau Sepsis
    • Terapi : Koreksi penyakit yang mendasari.
E.Tanda dan Gejala Kecukupan Cairan dan Elektrolit
   Caranya adalah dengan melihat kondisi air seni. Bila air seni berwarna kuning cerah/bening dan jumlahnya banyak ,itu berarti kebutuhan cairan tubuh cukup baikdan sudah terpenuhi . sedangkan jika warna air seni berubah menjadi lebih gelap ( kuning tua/orange)dan jumlahnya sedikit itu berarti tubuh kekurangan cairan .
   Selain itu tanda-tanda kecukupan air juga bias di lihat dari beberapa kondisi lainnya yaitu jika sering merasa haus mulut dan bibir kering,merasa pusing,nyeri otot dan sendi, nyeri tulang belakang dan juga mengalami sembelit atau konstipasi











BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
     Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

B. Kritik & saran.
     Guna peyempurnaan makalah ini,kami dari kelompok 3 sangat mengharapkan kritik serta saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.
         Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
        Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

B. RUMUSAN MASALAH
2.1 Apa sajakah benda cair, cairan, dan gas dalam tubuh manusia?
2.2 Bagaimana seharusnya banyaknya cairan dalam tubuh sehingga dapat seimbang?
2.3 Apa sajakah hormon terkait dengan keseimbangan cairan dan elektrolit?
2.4 Bagaimana keseimbangan asam dan basa dalam tubuh?
2.5 Apa saja tanda dan gejala kecukupan cairan dan elektrolit?

C. TUJUAN
3.1 Agar semua mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang hormon untuk keseimbangan cairan dan elektrolit.
3.2 Agar dapat mengetahui cairan yang dibutuhkan oleh tubuh.
3.3 Agar dapat mengaplikasikan pengetahuan ini dalam praktek kehidupan sehari-hari.
3.4 Agar dapat asupan cairan dalam tubuh sudah seimbang atau belum.
3.5 Agar dapat memenuhi asupan cairan dalam tubuh.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Benda Cair, Cairan dan Gas dalam Tubuh Manusia
Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia.Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air.Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat di dalam tubuh,nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang dewasa.Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih dan terbiasa berolahraga seperti tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung lebih banyak air jika dibandingkan tubuh nonatlet.Di dalam tubuh,sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan,seperti paru-paru atau jantung,sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi.Konsumsi cairanyang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh.Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan perharinya.Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin,500 ml melalui keluarnya keringat,400ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan feces(tinja).Sehingga berdasarkan estimasi ini,konsumsi antara 8-10gelas (1 gelas ��240 ml) biasanya dijadikan sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan per-harinya.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.Keseimbangan cairandan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkanpartikel-partikelbermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
·         cairan intraseluler dan
·         cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel diseluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompokyaitu:cairan intravaskuler(plasma),cairan interstitial dan cairan transeluler.Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler,cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,cairan intraokuler,dan sekresi saluran cerna.
Fungsi Cairan Tubuh
Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen ke dalam sel-sel tubuh.Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida(CO ) dan juga senyawa nitrat.Selain berperan dalam proses metabolisme,air yang terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung, pelumas dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh,katalisator reaksi biologik sel,pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal,air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ± 37 C.
Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain :
a.Umur
b.Kondisi lemak tubuh
c.Sex

Perhatikan Uraian berikut ini :
No.
Umur
Presentase
1.
Bayi (baru lahir)
. 75 %
2.
Dewasa :
a.Pria (20-40 tahun)
b.Wanita (20-40 tahun)

60 %
50 %
3.
. Usia Lanjut
Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20% dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 %cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.
Mekanisme pertukaran gas
Pengangkutan O2
Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan tubuh, melalui proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan berdifusi menembus selaput alveolus dan berikatan dengan haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebut deoksigenasi dan menghasilkan senyawa oksihemoglobin (HbO) seperti reaksi berikut :
Sekitar 97% oksigen dalam bentuk senyawa oksihemoglobin, hanya 2 – 3% yang larut dalam plasma darah akan dibawa oleh darah ke seluruh jaringan tubuh, dan selanjutnya akan terjadi pelepasan oksigen secara difusi dari darah ke jaringan tubuh, seperti reaksi berikut :
Pengangkutan CO2
Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses respirasi sel akan berdifusi ke dalam darah yang selanjutnya akan diangkut ke paru-paru untuk dikeluarkan sebagai udara pernapasan.
     Ada 3 (tiga) cara pengangkutan CO2 :
·         Sebagai ion karbonat (HCO3), sekitar 60 – 70%.
·         Sebagai karbominohemoglobin (HbCO2), sekitar 25%.
·         Sebagai asam karbonat (H2CO3) sekitar 6 – 10%.
B.Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel.Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan.Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma.Sebaliknya,peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
    Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air.Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap,maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh.hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya.Water turnover dibagi dalam:
 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan
 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen seperti    
     proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
    Memperhatikan keseimbangan garam.Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya.Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya.Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
§  mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
§  mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah.Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting.Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron,Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air.Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma.Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.

2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan.semakin tinggi osmolaritas,semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel.Ion natrium merupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel,dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel.sedangkan di dalam cairan intrasel,ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel.Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.
 pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:

      Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen.Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm).Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air,sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta.Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus.Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air.Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik.Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH).Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
      Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin.Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen.Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta.Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus  koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
selain itu,rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus,dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin.Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus,dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium.Sedangkan dalam sistem endokrin,hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara,jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh,maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air.
perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu lingkungan,diet,stres,dan penyakit.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain:
      a.Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia,karena usia akanberpengaruh pada luas permukaan tubuh,metabolisme,dan berat badan.Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa.Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

      b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapatkehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

     c. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit.Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

     d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel,glukosa darah,dan pemecahan glykogen otot.Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi airsehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.



      e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
  keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
         pemenuhan intake cairan
·         Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction,nasogastric tube dan lain-lain.
·         Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
·         Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tibuh adalah :
      Volume
      Osmolalitas
      Komposisi
Ketidakseimbangan volume terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) danmenyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatifsama, sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF).
Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF)dan menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah ang relatif tidak seimbang. Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.
Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertaiperubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secaraosmotik sehingga mengakibatkan perubahan komposisional.

a. Ketidakseimbangan Volume
• kurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)
Kekurangan volume ECF atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangancairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasiy ang seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia.
- cairan Isotonis adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan
   cairan
   tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9 %, Larutan Ringer Lactate (RL).
- Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya
  melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal,
  Dextrose
  5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya
   Kurang dari cairan tubuh, contohnya : larutan Glukosa 2,5 %.,NaCl.0,45 %,NaCl  
   0,33%

   • Kelebihan Volume ECF :
Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema.Edema adalah penunpukan cairan interstisial yang berlebihan.Edema dapat terlokalisir atau generalisata.

b.Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional
Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh.Karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi)adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam plasma.
 Pahami jugaperubahan komposisional di bawah ini :
    • Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5
      mEq/L.
    • Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama
      dengan
      5,5 mEq/L.
    • Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan
      ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.
C.Hormon-Hormon Terkait dengan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
1.      ADH
Hormon utama yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah ADH danAldosteron. Keadaan kekurangan air akan meningkatkan osmolitas darah dan keadaan ini akan direspon oleh kelenjar hipofisis dengan melepaskan ADH. ADH akan menurunkan produksi urinedengan cara meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal. Selama periode sementarakekurangan volume cairan, seperti yang terjadi pada muntah dan diare atau perdarahan, jumlah ADH di dalam darah meningkat. Akibatnya, reabsorpsi air oleh tubulus ginjal meningkat dan air akan dikembalikan ke dalam volume darah sirkulasi. Dengan demikian haluaran urine akan berkurang sebagai respon terhadap kerja Hormon ADH ini.

2.      ALDOSTERON
Aldosteron merupakan suatu mineralokortikoid yang diproduksi oleh korteks adrenal.Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium dengan menyebabkan tubulus ginjalmengekskresi kalium dan mengabsorpsi natrium. Akibatnya, air juga akan direabsorpsi dandikembalikan ke volume darah. Kekurangan volume cairan, misalnya karena perdarahan ataukehilangan cairan pencernaan dapat mensekresi aldosteron ke dalam darah.

3.      GLUKOKORTIKOID
Hormon kelas tiga, Glukokortikoid, memengaruhi keseimbangan air dan elektrolit. Sekresihormon glukokortikoid secara normal tidak menyebabkan ketidakseimbangan cairan utama, namunkelebihan hormon di dalam sirkulasi dapat menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang kitakenal sebagai sindrom Cushing.
D.Keseimbangan Asam dan Basa
Keseimbangan Asam Basa (KAB)
  • Dilihat dari konsentrasi H+ cairan tubuh
  • Parameter fisiologis terpenting.
  • Berpengaruh terhadap semua enzym dan proses biokimia.

Mekanisme Pengatur
  1. Mekanisme Dapar (penyangga)
  2. Mekanisme Pernafasan
  3. Mekanisme Ginjal
Pengertian
  1. Asam
  • Senyawa kimia atau molekul yang memberi/melepas ion hidrogen (H+).
  • Donor H+ / Donor proton
  • Exp: (Asam clorid) HCL ® H+ + Cl
(asam karbonat) H2CO3 ® H+ + HCO3
  1. Basa
  • Senyawa kimia, ion, atau molekul yang menerima H+.
  • Akseptor Proton
  • Exp: NaOH ® Na+ + OH(ion hidroksil)
Faktor-faktor yang mempengaruhi asam basa
a.       Pemberian asam melalui makanan
b.      Penambahan secara endogen dari hasil metabolisme (laktat)
c.       Penambahan secara endogen yang tidak fisiologis (DM)
d.      Pengeluaran asam/basa oleh ginjal dan usus
e.       Pengeluaran asam karbonat (H2CO3) oleh paru
f.       Pembentukan asam dalam jumlah besar oleh sel-sel lambung
Macam-macam gangguan keseimbangan asam basaAda 6 jenis kelainan yang dapat timbul yaitu:
a.       Asidosis respiratorik
b.      Alkalosis respiratorik
c.       Asidosis metabolik
d.      Alkalosis metabolik
e.       Asidosis respiratorik dan metabolik bersamaan
f.       Alkalosis respiratorik dan metabolik bersamaan
(ion bikarbonat) HCO3 + H+ ® H2CO3
Dapar ® larutan kimia ® Asam lemah
Garam dari asam tersebut
Asidosis
  • H+ Darah > Normal, atau pH < normal
  • Kehilangan basa, kelebihan asam.
Asidosis Metabolik
  • Peningkatan asam organik ataupun anorganik
  • Penurunan fraksi karbinat
  • PCO2 tak berubah (kompensasi)
Asidosis Respiratorik
  • Peningkatan berlebih CO2
Alkalosis
  • H+ Darah < Normal, atau pH > Normal
  • Kelebihan Basa (HCO3) ® kompensasi –
Alkalosis Metabolik
  • Basa meningkat
  • Asam menurun
  • Kenaikan fraksi bicarbonat
Alkalosis Respiratorik
  • Penurunan Asam bikarbonat
  • Hiperventilasi

Standar Bicarbonat (HCO3)
  • Kadar HCO3 Plasma ® PCO2 40 mmHg, t 37O, O2 penuh
  • SBC ¯¯ ® Asidosis Metabolik
  • SBC ­­ ® Alkalosis metabolik
  • ABC > SBC ® Asidosis Respirasi
  • ABC < SBC ® Alkalosis Respirasi
  • ABC ~ SBC nilai rendah ® Asidosis Metabolik Kompensasi (-)
  • ABC ~ SBC nilai tinggi ® Alkalosis Metabolik Kompensasi (-)

Base Ekses Defisit
Jumlah Asam kuat dalam MEQ perliter yang perlu dititrasikan dalam darah pH 7,40 pada PCO2 40 mmHg, t 37O.

Mekanisme Pengatur
  1. Mekanisme Dapar (penyangga)
  2. Mekanisme Pernafasan
  3. Mekanisme Ginjal

Mekanisme Dapar Kimia
a.       Sistem Dapar bikarbonat – Asam Karbonat
Asam ………. HCl + NaHCO3 ® H2CO3 + NaCl
H2CO3 ® H2O + CO2
Basa………… NaOH ® H2CO3 ® NaHCO3 + H2O

pH = pK + Log HCO3/ H2CO3 = 6,1 + Log 27/1,35 = 6,1 + 1,3 = &,4

b.      Sistem Dapar Fosfat
NaOH + NaH2 PO4 ® Na2HPO4 + H2O
c.       Sistem Dapar Protein
d.      Sistem Dapar Hemoglobin

Mekanisme Pernafasan
§  Konsentrasi CO2 CES diatur.
§  Kecepatan metabolisme < Kecepatan Pengeluaran ® H2CO3 Darah ­­ ® ­­ PCO2 Alveoli ® Rangsang Pusat Nafas ® Hiperventilasi ® PCO2 ¯.
Mekanisme Ginjal
  • Filtrasi + Reabsorbsi ion Bikarbonat – Glomerolus
  • Pengeluaran Asam ® Pengasaman garam dapar fosfat Sekresi NH4+
Angka Normal
  • pH = 7,35 – 7,45
  • PCO2 = 35 – 45 mmHg
  • PO2 = 80 – 100 mmHg
  • BE = - 2,5 – + 2,5 mEq/liter
  • Bicarbonat = 22 – 26 mEq/liter
  • TCO2 = 24 – 31 mEq/liter
v  Jenis Golongan Kesetimbangan Asam dan Basa
1.                              Asidosis Metabolik.
§ Karena kekurangan basa dan atau akumulasi kelebihan asam.
§ Terapi :
o   Menghentikan gangguan metabolik ® Menujun Asidosis, Mengembalikan kehilangan elektrolit.
o   Menghilangkan vol. Sodium Bicarbonat
BB x 0,2 x BE (mEq/Liter)
2.                              Alkalosis Metabolik.
    • Kehilangan ion H lewat Renal atau pun Gastrointestinal.
    • Tambahan ion HCO3
      ® Pemberian NaHCO3
      ® Perubahan metabolik Sitrat, laktat, Asetat.
    • Terapi :
      - Pada renal insufisiensi
      ® NH4Cl, Crisin Hidroclorid.
      - HCl I.V. (250 mmal HCl/D5/Lt)
      ® 300 – 350 mmal/hari
3.                            Asidosis Respirasi
    • Berkurangnya Volume. Semenit ® Penyakit SSP
    • Bagian mekanisme pernafasan ® Pneumotoraks
    • Penyakit paru akut ® kronis
    • Akumulasi CO2 ® Anesthesi rebreathing
    • Terapi : Perbaiki ventilasi
4.                            Alkalosis Respirasi
    • Hipoksia karena anemia atau berada di tempat tinggi
    • Hiperventilasi mekanis ® ventilator
    • Ensefalitis
    • Ansietas
    • Gagal hati, Syok atau Sepsis
    • Terapi : Koreksi penyakit yang mendasari.
E.Tanda dan Gejala Kecukupan Cairan dan Elektrolit
   Caranya adalah dengan melihat kondisi air seni. Bila air seni berwarna kuning cerah/bening dan jumlahnya banyak ,itu berarti kebutuhan cairan tubuh cukup baikdan sudah terpenuhi . sedangkan jika warna air seni berubah menjadi lebih gelap ( kuning tua/orange)dan jumlahnya sedikit itu berarti tubuh kekurangan cairan .
   Selain itu tanda-tanda kecukupan air juga bias di lihat dari beberapa kondisi lainnya yaitu jika sering merasa haus mulut dan bibir kering,merasa pusing,nyeri otot dan sendi, nyeri tulang belakang dan juga mengalami sembelit atau konstipasi











BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
     Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

B. Kritik & saran.
     Guna peyempurnaan makalah ini,kami dari kelompok 3 sangat mengharapkan kritik serta saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.