BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
B. RUMUSAN MASALAH
2.1
Apa sajakah benda cair, cairan, dan gas dalam tubuh manusia?
2.2
Bagaimana seharusnya
banyaknya cairan dalam tubuh sehingga dapat seimbang?
2.3 Apa sajakah hormon terkait dengan keseimbangan cairan
dan elektrolit?
2.4 Bagaimana keseimbangan asam dan basa dalam tubuh?
2.5 Apa saja tanda
dan gejala kecukupan cairan dan elektrolit?
C.
TUJUAN
3.1 Agar semua
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang hormon untuk keseimbangan
cairan dan elektrolit.
3.2 Agar dapat
mengetahui cairan yang dibutuhkan oleh tubuh.
3.3 Agar dapat
mengaplikasikan pengetahuan ini dalam praktek kehidupan sehari-hari.
3.4 Agar dapat
asupan cairan dalam tubuh sudah seimbang atau belum.
3.5 Agar dapat
memenuhi asupan cairan dalam tubuh.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Benda Cair, Cairan dan Gas dalam
Tubuh Manusia
Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak
terdapat di dalam tubuh manusia.Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa
terdiri dari air.Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat
di dalam tubuh,nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total
berat badan orang dewasa.Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih dan terbiasa
berolahraga seperti tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung lebih banyak
air jika dibandingkan tubuh nonatlet.Di dalam tubuh,sel-sel yang mempunyai
konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ
pada rongga badan,seperti paru-paru atau jantung,sedangkan sel-sel yang
mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang
atau gigi.Konsumsi cairanyang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh
manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh
atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar
dari dalam tubuh.Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L
cairan perharinya.Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin,500 ml melalui
keluarnya keringat,400ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi
(pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan feces(tinja).Sehingga berdasarkan
estimasi ini,konsumsi antara 8-10gelas (1 gelas ��240 ml) biasanya dijadikan
sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan per-harinya.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka
menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam
tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis.Keseimbangan cairandan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh.Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari
air( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkanpartikel-partikelbermuatan listrik yang disebut ion jika berada
dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian
tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal
dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu :
·
cairan intraseluler dan
·
cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam
sel diseluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada
di luar sel dan terdiri dari tiga kelompokyaitu:cairan
intravaskuler(plasma),cairan interstitial dan cairan transeluler.Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler,cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,sedangkan cairan
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,cairan
intraokuler,dan sekresi saluran cerna.
Fungsi Cairan Tubuh
Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air
mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti
karbohidrat,vitamin dan mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa
oksigen ke dalam sel-sel tubuh.Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi
untuk mengeluarkan produk samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida(CO
) dan juga senyawa nitrat.Selain berperan dalam proses metabolisme,air yang
terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain
sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung, pelumas
dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh,katalisator reaksi biologik
sel,pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga
tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh
dapat berjalan dengan normal,air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai
pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal
yaitu ± 37 C.
Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai
dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain :
a.Umur
b.Kondisi
lemak tubuh
c.Sex
Perhatikan Uraian berikut ini :
No.
|
Umur
|
Presentase
|
1.
|
Bayi
(baru lahir)
|
.
75 %
|
2.
|
Dewasa
:
a.Pria
(20-40 tahun)
b.Wanita
(20-40 tahun)
|
60
%
50
%
|
3.
|
.
Usia Lanjut
|
Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3
dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3
dari TBW atau 20% dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig
terbagi dalam 15 %cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.
Mekanisme
pertukaran gas
Pengangkutan
O2
Pertukaran
gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan tubuh, melalui
proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan berdifusi menembus selaput
alveolus dan berikatan dengan haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebut
deoksigenasi dan menghasilkan senyawa oksihemoglobin (HbO) seperti reaksi berikut
:
Sekitar
97% oksigen dalam bentuk senyawa oksihemoglobin, hanya 2 – 3% yang larut dalam
plasma darah akan dibawa oleh darah ke seluruh jaringan tubuh, dan selanjutnya
akan terjadi pelepasan oksigen secara difusi dari darah ke jaringan tubuh,
seperti reaksi berikut :
Pengangkutan
CO2
Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses
respirasi sel akan berdifusi ke dalam darah yang selanjutnya akan diangkut ke
paru-paru untuk dikeluarkan sebagai udara pernapasan.
Ada
3 (tiga) cara pengangkutan CO2 :
·
Sebagai ion karbonat
(HCO3), sekitar 60 – 70%.
·
Sebagai karbominohemoglobin
(HbCO2), sekitar 25%.
·
Sebagai asam karbonat
(H2CO3) sekitar 6 – 10%.
B.Keseimbangan
Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan
cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel
dan osmolaritas cairan ekstrasel.Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan.Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai
kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan
garam tersebut.
1. Pengaturan
volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan
ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume
plasma.Sebaliknya,peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.Pengontrolan
volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air.Untuk
mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap,maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh.hal ini
terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh
dengan lingkungan luarnya.Water turnover dibagi dalam:
1. eksternal fluid exchange, pertukaran
antara tubuh dengan lingkungan luar; dan
2. Internal fluid exchange, pertukaran
cairan antar pelbagai kompartmen seperti
proses filtrasi dan
reabsorpsi di kapiler ginjal.
Memperhatikan keseimbangan garam.Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan
garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan
keluarannya.Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan
jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya.Tetapi,
seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari
kebutuhan.Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk
mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi
dengan cara:
§ mengontrol
jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
§ mengontrol
jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi
juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah.Sistem
Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus
distal dan collecting.Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga
meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah
arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron,Atrial Natriuretic Peptide
(ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air.Hormon ini
disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume
plasma.Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan
eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2. Pengaturan
Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah
ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan.semakin
tinggi osmolaritas,semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah
konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang
konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika
terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di
intrasel dan ekstrasel.Ion natrium merupakan solut yang banyak ditemukan di
cairan ekstrasel,dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas
osmotik cairan ekstrasel.sedangkan di dalam cairan intrasel,ion kalium
bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel.Distribusi
yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua
ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen
ini.
pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel
oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
Di sepanjang tubulus yang
membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan
membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di
dukstus koligen.Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus
proksimal (300 mOsm).Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable
terhadap air,sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler
peritubular atau vasa recta.Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus
menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle
pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl
keluar tubulus.Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air.Sehingga
cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi
hipoosmotik.Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi
bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH).Sehingga urine yang dibentuk di
duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga
bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
peningkatan osmolaritas
cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus.
Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis
vasopresin.Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah
dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin
dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal
air di membrane bagian apeks duktus koligen.Pembentukkan aquaporin ini
memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta.Hal ini menyebabkan
urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau
pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
selain itu,rangsangan pada osmoreseptor di
hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan
dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk
membatasi haus,dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
pengaturan keseimbangan
keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem
endokrin.Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan
dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus,
osmoreseptor di hypotalamus,dan volume reseptor atau reseptor regang di
atrium.Sedangkan dalam sistem endokrin,hormon-hormon yang berperan saat tubuh
mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH
dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara,jika terjadi
peningkatan volume cairan tubuh,maka hormone atriopeptin (ANP) akan
meningkatkan eksresi volume natrium dan air.
perubahan volume dan
osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu
lingkungan,diet,stres,dan penyakit.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain:
Kebutuhan intake cairan
bervariasi tergantung dari usia,karena usia akanberpengaruh pada luas permukaan
tubuh,metabolisme,dan berat badan.Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa.Pada usia lanjut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
Orang
yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapatkehilangan cairan
sampai dengan 5 L per hari.
Diet seseorag berpengaruh
terhadap intake cairan dan elktrolit.Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka
tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan
protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
Stress dapat meningkatkan
metabolisme sel,glukosa darah,dan pemecahan glykogen otot.Mekanisme ini dapat
meningkatkan natrium dan retensi airsehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
Kondisi sakit sangat
berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya
:
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan
air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi
proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan
mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan
·
Tindakan
Medis
Banyak tindakan medis yang
berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti :
suction,nasogastric tube dan lain-lain.
·
Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian
deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
·
Pembedahan
Pasien dengan tindakan
pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh,dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan
tibuh adalah :
Ketidakseimbangan volume
terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) danmenyangkut kehilangan atau
bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatifsama, sehingga berakibat
pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF).
Ketidakseimbangan osmotik
terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF)dan menyangkut bertambahnya atau
kehilangan natrium dan air dalam jumlah ang relatif tidak seimbang. Gangguan
osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia sehingga nilai
natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.
Kadar dari kebanyakan ion
di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertaiperubahan yang jelas
dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secaraosmotik sehingga
mengakibatkan perubahan komposisional.
a. Ketidakseimbangan Volume
• kurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)
Kekurangan volume ECF atau
hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangancairan tubuh isotonik, yang
disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan
volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasiy ang seharusnya dipakai
untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia.
- cairan Isotonis
adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan
cairan
tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9 %,
Larutan Ringer Lactate (RL).
- Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi
zat terlarut/kepekatannya
melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose
5 % dalam NaCl normal,
Dextrose
5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonis
adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya
Kurang dari cairan tubuh, contohnya :
larutan Glukosa 2,5 %.,NaCl.0,45 %,NaCl
0,33%
• Kelebihan Volume ECF :
Kelebihan
cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan
dengan proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang
berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement
cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema.Edema adalah penunpukan cairan
interstisial yang berlebihan.Edema dapat terlokalisir atau generalisata.
b.Ketidakseimbangan
Osmolalitas dan perubahan komposisional
Ketidakseimbangan
osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh.Karena
natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka
kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi)adalah hiponatremia yaitu
rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar
natrium di dalam plasma.
Pahami jugaperubahan komposisional di bawah ini :
• Hipokalemia adalah keadaan dimana
kadar kalium serum kurang dari 3,5
mEq/L.
• Hiperkalemia adalah keadaan dimana
kadar kalium serum lebih dari atau sama
dengan
5,5 mEq/L.
• Hiperkalemia akut adalah keadaan
gawat medik yang perlu segera dikenali, dan
ditangani untuk menghindari
disritmia dan gagal jantung yang fatal.
C.Hormon-Hormon
Terkait dengan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
1. ADH
Hormon utama yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah
ADH danAldosteron.
Keadaan kekurangan air akan meningkatkan osmolitas darah dan keadaan ini akan direspon oleh kelenjar hipofisis dengan melepaskan
ADH. ADH akan menurunkan produksi urinedengan
cara meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal. Selama periode sementarakekurangan
volume cairan, seperti yang terjadi pada muntah dan diare atau perdarahan,
jumlah ADH di dalam darah meningkat. Akibatnya, reabsorpsi air oleh tubulus
ginjal meningkat dan air akan
dikembalikan ke dalam volume darah sirkulasi. Dengan demikian haluaran urine
akan berkurang sebagai respon terhadap kerja Hormon ADH ini.
2. ALDOSTERON
Aldosteron merupakan suatu mineralokortikoid yang diproduksi oleh
korteks adrenal.Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium dengan
menyebabkan tubulus ginjalmengekskresi kalium dan mengabsorpsi natrium.
Akibatnya, air juga akan direabsorpsi dandikembalikan ke volume darah.
Kekurangan volume cairan, misalnya karena perdarahan ataukehilangan cairan pencernaan dapat mensekresi
aldosteron ke dalam darah.
3. GLUKOKORTIKOID
Hormon
kelas tiga, Glukokortikoid, memengaruhi keseimbangan air dan elektrolit.
Sekresihormon glukokortikoid secara normal
tidak menyebabkan ketidakseimbangan cairan utama, namunkelebihan hormon di
dalam sirkulasi dapat menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang kitakenal
sebagai sindrom Cushing.
D.Keseimbangan
Asam dan Basa
Keseimbangan
Asam Basa (KAB)
- Dilihat dari konsentrasi H+
cairan tubuh
- Parameter fisiologis
terpenting.
- Berpengaruh terhadap semua
enzym dan proses biokimia.
Mekanisme Pengatur
- Mekanisme Dapar (penyangga)
- Mekanisme Pernafasan
- Mekanisme Ginjal
Pengertian
- Asam
- Senyawa kimia atau molekul yang
memberi/melepas ion hidrogen (H+).
- Donor H+ / Donor
proton
- Exp: (Asam clorid) HCL ® H+ + Cl–
(asam
karbonat) H2CO3 ® H+ + HCO3–
- Basa
- Senyawa kimia, ion, atau
molekul yang menerima H+.
- Akseptor Proton
- Exp: NaOH ® Na+ + OH– (ion
hidroksil)
Faktor-faktor yang mempengaruhi asam
basa
a. Pemberian asam melalui makanan
b. Penambahan secara endogen dari hasil
metabolisme (laktat)
c. Penambahan secara endogen yang tidak
fisiologis (DM)
d. Pengeluaran asam/basa oleh ginjal
dan usus
e. Pengeluaran asam karbonat (H2CO3)
oleh paru
f. Pembentukan asam dalam jumlah besar
oleh sel-sel lambung
Macam-macam
gangguan keseimbangan asam basaAda 6 jenis kelainan yang dapat timbul yaitu:
a. Asidosis respiratorik
b. Alkalosis respiratorik
c. Asidosis metabolik
d. Alkalosis metabolik
e. Asidosis respiratorik dan metabolik
bersamaan
f. Alkalosis respiratorik dan metabolik
bersamaan
(ion
bikarbonat) HCO3– + H+ ® H2CO3
Dapar ® larutan kimia ® Asam lemah
Garam dari asam tersebut
Asidosis
- H+ Darah >
Normal, atau pH < normal
- Kehilangan basa, kelebihan
asam.
Asidosis Metabolik
- Peningkatan asam organik
ataupun anorganik
- Penurunan fraksi karbinat
- PCO2 tak berubah
(kompensasi)
Asidosis Respiratorik
- Peningkatan berlebih CO2
Alkalosis
- H+ Darah <
Normal, atau pH > Normal
- Kelebihan Basa (HCO3)
® kompensasi –
Alkalosis Metabolik
- Basa meningkat
- Asam menurun
- Kenaikan fraksi bicarbonat
Alkalosis Respiratorik
- Penurunan Asam bikarbonat
- Hiperventilasi
Standar Bicarbonat (HCO3–)
- Kadar HCO3 Plasma ® PCO2 40 mmHg, t 37O,
O2 penuh
- SBC ¯¯ ® Asidosis Metabolik
- SBC ® Alkalosis metabolik
- ABC > SBC ® Asidosis Respirasi
- ABC < SBC ® Alkalosis Respirasi
- ABC ~ SBC nilai rendah ® Asidosis Metabolik Kompensasi
(-)
- ABC ~ SBC nilai tinggi ® Alkalosis Metabolik Kompensasi
(-)
Base Ekses Defisit
Jumlah Asam kuat dalam MEQ perliter
yang perlu dititrasikan dalam darah pH 7,40 pada PCO2 40 mmHg, t 37O.
Mekanisme Pengatur
- Mekanisme Dapar (penyangga)
- Mekanisme Pernafasan
- Mekanisme Ginjal
Mekanisme Dapar Kimia
a. Sistem Dapar bikarbonat – Asam
Karbonat
Asam ………. HCl + NaHCO3 ® H2CO3 + NaCl
H2CO3 ® H2O + CO2
Basa………… NaOH ® H2CO3 ® NaHCO3 + H2O
pH = pK + Log HCO3/ H2CO3
= 6,1 + Log 27/1,35 = 6,1 + 1,3 = &,4
b. Sistem Dapar Fosfat
NaOH + NaH2 PO4
® Na2HPO4 + H2O
c. Sistem Dapar Protein
d. Sistem Dapar Hemoglobin
Mekanisme Pernafasan
§ Konsentrasi CO2 CES diatur.
§ Kecepatan metabolisme < Kecepatan
Pengeluaran ® H2CO3 Darah ®
PCO2 Alveoli ® Rangsang Pusat Nafas ® Hiperventilasi ® PCO2 ¯.
Mekanisme Ginjal
- Filtrasi + Reabsorbsi ion
Bikarbonat – Glomerolus
- Pengeluaran Asam ® Pengasaman garam dapar fosfat
Sekresi NH4+
Angka Normal
- pH = 7,35 – 7,45
- PCO2 = 35 – 45 mmHg
- PO2 = 80 – 100 mmHg
- BE = - 2,5 – + 2,5 mEq/liter
- Bicarbonat = 22 – 26 mEq/liter
- TCO2 = 24 – 31
mEq/liter
v Jenis Golongan Kesetimbangan Asam
dan Basa
1.
Asidosis Metabolik.
§ Karena kekurangan basa dan atau
akumulasi kelebihan asam.
§ Terapi :
o Menghentikan gangguan metabolik ® Menujun Asidosis, Mengembalikan
kehilangan elektrolit.
o Menghilangkan vol. Sodium Bicarbonat
BB x 0,2 x BE (mEq/Liter)
BB x 0,2 x BE (mEq/Liter)
2.
Alkalosis Metabolik.
- Kehilangan ion H lewat Renal
atau pun Gastrointestinal.
- Tambahan ion HCO3
® Pemberian NaHCO3
® Perubahan metabolik Sitrat, laktat, Asetat. - Terapi :
- Pada renal insufisiensi ® NH4Cl, Crisin Hidroclorid.
- HCl I.V. (250 mmal HCl/D5/Lt) ® 300 – 350 mmal/hari
3.
Asidosis Respirasi
- Berkurangnya Volume. Semenit ® Penyakit SSP
- Bagian mekanisme pernafasan ® Pneumotoraks
- Penyakit paru akut ® kronis
- Akumulasi CO2 ® Anesthesi rebreathing
- Terapi : Perbaiki ventilasi
4.
Alkalosis Respirasi
- Hipoksia karena anemia atau
berada di tempat tinggi
- Hiperventilasi mekanis ® ventilator
- Ensefalitis
- Ansietas
- Gagal hati, Syok atau Sepsis
- Terapi : Koreksi penyakit yang
mendasari.
E.Tanda
dan Gejala Kecukupan Cairan dan Elektrolit
Caranya adalah dengan melihat kondisi air seni. Bila air seni
berwarna kuning cerah/bening dan jumlahnya banyak ,itu berarti kebutuhan cairan
tubuh cukup baikdan sudah terpenuhi . sedangkan jika warna air seni berubah
menjadi lebih gelap ( kuning tua/orange)dan jumlahnya sedikit itu berarti tubuh
kekurangan cairan .
Selain itu tanda-tanda kecukupan air juga bias di lihat dari
beberapa kondisi lainnya yaitu jika sering merasa haus mulut dan bibir
kering,merasa pusing,nyeri otot dan sendi, nyeri tulang belakang dan juga
mengalami sembelit atau konstipasi
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
B. Kritik & saran.
Guna peyempurnaan makalah ini,kami dari kelompok 3 sangat mengharapkan kritik serta saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain. BAB
I
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
B. Kritik & saran.
Guna peyempurnaan makalah ini,kami dari kelompok 3 sangat mengharapkan kritik serta saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
B. RUMUSAN MASALAH
2.1
Apa sajakah benda cair, cairan, dan gas dalam tubuh manusia?
2.2
Bagaimana seharusnya
banyaknya cairan dalam tubuh sehingga dapat seimbang?
2.3 Apa sajakah hormon terkait dengan keseimbangan cairan
dan elektrolit?
2.4 Bagaimana keseimbangan asam dan basa dalam tubuh?
2.5 Apa saja tanda
dan gejala kecukupan cairan dan elektrolit?
C.
TUJUAN
3.1 Agar semua
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang hormon untuk keseimbangan
cairan dan elektrolit.
3.2 Agar dapat
mengetahui cairan yang dibutuhkan oleh tubuh.
3.3 Agar dapat
mengaplikasikan pengetahuan ini dalam praktek kehidupan sehari-hari.
3.4 Agar dapat
asupan cairan dalam tubuh sudah seimbang atau belum.
3.5 Agar dapat
memenuhi asupan cairan dalam tubuh.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Benda Cair, Cairan dan Gas dalam
Tubuh Manusia
Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak
terdapat di dalam tubuh manusia.Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa
terdiri dari air.Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat
di dalam tubuh,nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total
berat badan orang dewasa.Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih dan terbiasa
berolahraga seperti tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung lebih banyak
air jika dibandingkan tubuh nonatlet.Di dalam tubuh,sel-sel yang mempunyai
konsentrasi air paling tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ
pada rongga badan,seperti paru-paru atau jantung,sedangkan sel-sel yang
mempunyai konsentrasi air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang
atau gigi.Konsumsi cairanyang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh
manusia adalah mengkonsumsi 1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh
atau dapat juga diketahui berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar
dari dalam tubuh.Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L
cairan perharinya.Sekitar 1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin,500 ml melalui
keluarnya keringat,400ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi
(pernafasan) dan 100 ml keluar bersama dengan feces(tinja).Sehingga berdasarkan
estimasi ini,konsumsi antara 8-10gelas (1 gelas ��240 ml) biasanya dijadikan
sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan per-harinya.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka
menjaga kondisi tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam
tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis.Keseimbangan cairandan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh.Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari
air( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkanpartikel-partikelbermuatan listrik yang disebut ion jika berada
dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian
tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal
dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar
yaitu :
·
cairan intraseluler dan
·
cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam
sel diseluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada
di luar sel dan terdiri dari tiga kelompokyaitu:cairan
intravaskuler(plasma),cairan interstitial dan cairan transeluler.Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler,cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,sedangkan cairan
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,cairan
intraokuler,dan sekresi saluran cerna.
Fungsi Cairan Tubuh
Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam tubuh,air
mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti
karbohidrat,vitamin dan mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa
oksigen ke dalam sel-sel tubuh.Selain itu,air didalam tubuh juga akan berfungsi
untuk mengeluarkan produk samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida(CO
) dan juga senyawa nitrat.Selain berperan dalam proses metabolisme,air yang
terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain
sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata,mulut dan hidung, pelumas
dalam cairan sendi 02 Sports Science Brief tubuh,katalisator reaksi biologik
sel,pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga
tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh
dapat berjalan dengan normal,air di dalam tubuh juga akan berfungsi sebagai
pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal
yaitu ± 37 C.
Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai
dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain :
a.Umur
b.Kondisi
lemak tubuh
c.Sex
Perhatikan Uraian berikut ini :
No.
|
Umur
|
Presentase
|
1.
|
Bayi
(baru lahir)
|
.
75 %
|
2.
|
Dewasa
:
a.Pria
(20-40 tahun)
b.Wanita
(20-40 tahun)
|
60
%
50
%
|
3.
|
.
Usia Lanjut
|
Pada orang dewasa kira-kira 40 % baerat badannya atau 2/3
dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3
dari TBW atau 20% dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig
terbagi dalam 15 %cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.
Mekanisme
pertukaran gas
Pengangkutan
O2
Pertukaran
gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan tubuh, melalui
proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan berdifusi menembus selaput
alveolus dan berikatan dengan haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebut
deoksigenasi dan menghasilkan senyawa oksihemoglobin (HbO) seperti reaksi berikut
:
Sekitar
97% oksigen dalam bentuk senyawa oksihemoglobin, hanya 2 – 3% yang larut dalam
plasma darah akan dibawa oleh darah ke seluruh jaringan tubuh, dan selanjutnya
akan terjadi pelepasan oksigen secara difusi dari darah ke jaringan tubuh,
seperti reaksi berikut :
Pengangkutan
CO2
Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses
respirasi sel akan berdifusi ke dalam darah yang selanjutnya akan diangkut ke
paru-paru untuk dikeluarkan sebagai udara pernapasan.
Ada
3 (tiga) cara pengangkutan CO2 :
·
Sebagai ion karbonat
(HCO3), sekitar 60 – 70%.
·
Sebagai karbominohemoglobin
(HbCO2), sekitar 25%.
·
Sebagai asam karbonat
(H2CO3) sekitar 6 – 10%.
B.Keseimbangan
Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan
cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel
dan osmolaritas cairan ekstrasel.Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan.Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai
kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan
garam tersebut.
1. Pengaturan
volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan
ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume
plasma.Sebaliknya,peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.Pengontrolan
volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air.Untuk
mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap,maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh.hal ini
terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh
dengan lingkungan luarnya.Water turnover dibagi dalam:
1. eksternal fluid exchange, pertukaran
antara tubuh dengan lingkungan luar; dan
2. Internal fluid exchange, pertukaran
cairan antar pelbagai kompartmen seperti
proses filtrasi dan
reabsorpsi di kapiler ginjal.
Memperhatikan keseimbangan garam.Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan
garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan
keluarannya.Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan
jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya.Tetapi,
seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari
kebutuhan.Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk
mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi
dengan cara:
§ mengontrol
jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
§ mengontrol
jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi
juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah.Sistem
Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus
distal dan collecting.Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga
meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah
arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron,Atrial Natriuretic Peptide
(ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air.Hormon ini
disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume
plasma.Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan
eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2. Pengaturan
Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah
ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan.semakin
tinggi osmolaritas,semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah
konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang
konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika
terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di
intrasel dan ekstrasel.Ion natrium merupakan solut yang banyak ditemukan di
cairan ekstrasel,dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas
osmotik cairan ekstrasel.sedangkan di dalam cairan intrasel,ion kalium
bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel.Distribusi
yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua
ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen
ini.
pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel
oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
Di sepanjang tubulus yang
membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan
membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di
dukstus koligen.Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus
proksimal (300 mOsm).Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable
terhadap air,sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler
peritubular atau vasa recta.Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus
menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle
pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl
keluar tubulus.Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air.Sehingga
cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi
hipoosmotik.Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi
bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH).Sehingga urine yang dibentuk di
duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga
bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
peningkatan osmolaritas
cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus.
Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis
vasopresin.Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah
dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin
dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal
air di membrane bagian apeks duktus koligen.Pembentukkan aquaporin ini
memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta.Hal ini menyebabkan
urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau
pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
selain itu,rangsangan pada osmoreseptor di
hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan
dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk
membatasi haus,dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
pengaturan keseimbangan
keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem
endokrin.Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan
dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus,
osmoreseptor di hypotalamus,dan volume reseptor atau reseptor regang di
atrium.Sedangkan dalam sistem endokrin,hormon-hormon yang berperan saat tubuh
mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH
dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara,jika terjadi
peningkatan volume cairan tubuh,maka hormone atriopeptin (ANP) akan
meningkatkan eksresi volume natrium dan air.
perubahan volume dan
osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu
lingkungan,diet,stres,dan penyakit.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain:
Kebutuhan intake cairan
bervariasi tergantung dari usia,karena usia akanberpengaruh pada luas permukaan
tubuh,metabolisme,dan berat badan.Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa.Pada usia lanjut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
Orang
yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapatkehilangan cairan
sampai dengan 5 L per hari.
Diet seseorag berpengaruh
terhadap intake cairan dan elktrolit.Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka
tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan
protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
Stress dapat meningkatkan
metabolisme sel,glukosa darah,dan pemecahan glykogen otot.Mekanisme ini dapat
meningkatkan natrium dan retensi airsehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
Kondisi sakit sangat
berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya
:
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan
air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi
proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan
mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan
·
Tindakan
Medis
Banyak tindakan medis yang
berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti :
suction,nasogastric tube dan lain-lain.
·
Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian
deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
·
Pembedahan
Pasien dengan tindakan
pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh,dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan
tibuh adalah :
Ketidakseimbangan volume
terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) danmenyangkut kehilangan atau
bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatifsama, sehingga berakibat
pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF).
Ketidakseimbangan osmotik
terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF)dan menyangkut bertambahnya atau
kehilangan natrium dan air dalam jumlah ang relatif tidak seimbang. Gangguan
osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia sehingga nilai
natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.
Kadar dari kebanyakan ion
di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertaiperubahan yang jelas
dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secaraosmotik sehingga
mengakibatkan perubahan komposisional.
a. Ketidakseimbangan Volume
• kurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)
Kekurangan volume ECF atau
hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangancairan tubuh isotonik, yang
disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan
volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasiy ang seharusnya dipakai
untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia.
- cairan Isotonis
adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan
cairan
tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9 %,
Larutan Ringer Lactate (RL).
- Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi
zat terlarut/kepekatannya
melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose
5 % dalam NaCl normal,
Dextrose
5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
- Cairan Hipotonis
adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya
Kurang dari cairan tubuh, contohnya :
larutan Glukosa 2,5 %.,NaCl.0,45 %,NaCl
0,33%
• Kelebihan Volume ECF :
Kelebihan
cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan
dengan proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang
berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement
cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema.Edema adalah penunpukan cairan
interstisial yang berlebihan.Edema dapat terlokalisir atau generalisata.
b.Ketidakseimbangan
Osmolalitas dan perubahan komposisional
Ketidakseimbangan
osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh.Karena
natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka
kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi)adalah hiponatremia yaitu
rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar
natrium di dalam plasma.
Pahami jugaperubahan komposisional di bawah ini :
• Hipokalemia adalah keadaan dimana
kadar kalium serum kurang dari 3,5
mEq/L.
• Hiperkalemia adalah keadaan dimana
kadar kalium serum lebih dari atau sama
dengan
5,5 mEq/L.
• Hiperkalemia akut adalah keadaan
gawat medik yang perlu segera dikenali, dan
ditangani untuk menghindari
disritmia dan gagal jantung yang fatal.
C.Hormon-Hormon
Terkait dengan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
1. ADH
Hormon utama yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah
ADH danAldosteron.
Keadaan kekurangan air akan meningkatkan osmolitas darah dan keadaan ini akan direspon oleh kelenjar hipofisis dengan melepaskan
ADH. ADH akan menurunkan produksi urinedengan
cara meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal. Selama periode sementarakekurangan
volume cairan, seperti yang terjadi pada muntah dan diare atau perdarahan,
jumlah ADH di dalam darah meningkat. Akibatnya, reabsorpsi air oleh tubulus
ginjal meningkat dan air akan
dikembalikan ke dalam volume darah sirkulasi. Dengan demikian haluaran urine
akan berkurang sebagai respon terhadap kerja Hormon ADH ini.
2. ALDOSTERON
Aldosteron merupakan suatu mineralokortikoid yang diproduksi oleh
korteks adrenal.Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium dengan
menyebabkan tubulus ginjalmengekskresi kalium dan mengabsorpsi natrium.
Akibatnya, air juga akan direabsorpsi dandikembalikan ke volume darah.
Kekurangan volume cairan, misalnya karena perdarahan ataukehilangan cairan pencernaan dapat mensekresi
aldosteron ke dalam darah.
3. GLUKOKORTIKOID
Hormon
kelas tiga, Glukokortikoid, memengaruhi keseimbangan air dan elektrolit.
Sekresihormon glukokortikoid secara normal
tidak menyebabkan ketidakseimbangan cairan utama, namunkelebihan hormon di
dalam sirkulasi dapat menyebabkan tubuh menahan natrium dan air yang kitakenal
sebagai sindrom Cushing.
D.Keseimbangan
Asam dan Basa
Keseimbangan
Asam Basa (KAB)
- Dilihat dari konsentrasi H+
cairan tubuh
- Parameter fisiologis
terpenting.
- Berpengaruh terhadap semua
enzym dan proses biokimia.
Mekanisme Pengatur
- Mekanisme Dapar (penyangga)
- Mekanisme Pernafasan
- Mekanisme Ginjal
Pengertian
- Asam
- Senyawa kimia atau molekul yang
memberi/melepas ion hidrogen (H+).
- Donor H+ / Donor
proton
- Exp: (Asam clorid) HCL ® H+ + Cl–
(asam
karbonat) H2CO3 ® H+ + HCO3–
- Basa
- Senyawa kimia, ion, atau
molekul yang menerima H+.
- Akseptor Proton
- Exp: NaOH ® Na+ + OH– (ion
hidroksil)
Faktor-faktor yang mempengaruhi asam
basa
a. Pemberian asam melalui makanan
b. Penambahan secara endogen dari hasil
metabolisme (laktat)
c. Penambahan secara endogen yang tidak
fisiologis (DM)
d. Pengeluaran asam/basa oleh ginjal
dan usus
e. Pengeluaran asam karbonat (H2CO3)
oleh paru
f. Pembentukan asam dalam jumlah besar
oleh sel-sel lambung
Macam-macam
gangguan keseimbangan asam basaAda 6 jenis kelainan yang dapat timbul yaitu:
a. Asidosis respiratorik
b. Alkalosis respiratorik
c. Asidosis metabolik
d. Alkalosis metabolik
e. Asidosis respiratorik dan metabolik
bersamaan
f. Alkalosis respiratorik dan metabolik
bersamaan
(ion
bikarbonat) HCO3– + H+ ® H2CO3
Dapar ® larutan kimia ® Asam lemah
Garam dari asam tersebut
Asidosis
- H+ Darah >
Normal, atau pH < normal
- Kehilangan basa, kelebihan
asam.
Asidosis Metabolik
- Peningkatan asam organik
ataupun anorganik
- Penurunan fraksi karbinat
- PCO2 tak berubah
(kompensasi)
Asidosis Respiratorik
- Peningkatan berlebih CO2
Alkalosis
- H+ Darah <
Normal, atau pH > Normal
- Kelebihan Basa (HCO3)
® kompensasi –
Alkalosis Metabolik
- Basa meningkat
- Asam menurun
- Kenaikan fraksi bicarbonat
Alkalosis Respiratorik
- Penurunan Asam bikarbonat
- Hiperventilasi
Standar Bicarbonat (HCO3–)
- Kadar HCO3 Plasma ® PCO2 40 mmHg, t 37O,
O2 penuh
- SBC ¯¯ ® Asidosis Metabolik
- SBC ® Alkalosis metabolik
- ABC > SBC ® Asidosis Respirasi
- ABC < SBC ® Alkalosis Respirasi
- ABC ~ SBC nilai rendah ® Asidosis Metabolik Kompensasi
(-)
- ABC ~ SBC nilai tinggi ® Alkalosis Metabolik Kompensasi
(-)
Base Ekses Defisit
Jumlah Asam kuat dalam MEQ perliter
yang perlu dititrasikan dalam darah pH 7,40 pada PCO2 40 mmHg, t 37O.
Mekanisme Pengatur
- Mekanisme Dapar (penyangga)
- Mekanisme Pernafasan
- Mekanisme Ginjal
Mekanisme Dapar Kimia
a. Sistem Dapar bikarbonat – Asam
Karbonat
Asam ………. HCl + NaHCO3 ® H2CO3 + NaCl
H2CO3 ® H2O + CO2
Basa………… NaOH ® H2CO3 ® NaHCO3 + H2O
pH = pK + Log HCO3/ H2CO3
= 6,1 + Log 27/1,35 = 6,1 + 1,3 = &,4
b. Sistem Dapar Fosfat
NaOH + NaH2 PO4
® Na2HPO4 + H2O
c. Sistem Dapar Protein
d. Sistem Dapar Hemoglobin
Mekanisme Pernafasan
§ Konsentrasi CO2 CES diatur.
§ Kecepatan metabolisme < Kecepatan
Pengeluaran ® H2CO3 Darah ®
PCO2 Alveoli ® Rangsang Pusat Nafas ® Hiperventilasi ® PCO2 ¯.
Mekanisme Ginjal
- Filtrasi + Reabsorbsi ion
Bikarbonat – Glomerolus
- Pengeluaran Asam ® Pengasaman garam dapar fosfat
Sekresi NH4+
Angka Normal
- pH = 7,35 – 7,45
- PCO2 = 35 – 45 mmHg
- PO2 = 80 – 100 mmHg
- BE = - 2,5 – + 2,5 mEq/liter
- Bicarbonat = 22 – 26 mEq/liter
- TCO2 = 24 – 31
mEq/liter
v Jenis Golongan Kesetimbangan Asam
dan Basa
1.
Asidosis Metabolik.
§ Karena kekurangan basa dan atau
akumulasi kelebihan asam.
§ Terapi :
o Menghentikan gangguan metabolik ® Menujun Asidosis, Mengembalikan
kehilangan elektrolit.
o Menghilangkan vol. Sodium Bicarbonat
BB x 0,2 x BE (mEq/Liter)
BB x 0,2 x BE (mEq/Liter)
2.
Alkalosis Metabolik.
- Kehilangan ion H lewat Renal
atau pun Gastrointestinal.
- Tambahan ion HCO3
® Pemberian NaHCO3
® Perubahan metabolik Sitrat, laktat, Asetat. - Terapi :
- Pada renal insufisiensi ® NH4Cl, Crisin Hidroclorid.
- HCl I.V. (250 mmal HCl/D5/Lt) ® 300 – 350 mmal/hari
3.
Asidosis Respirasi
- Berkurangnya Volume. Semenit ® Penyakit SSP
- Bagian mekanisme pernafasan ® Pneumotoraks
- Penyakit paru akut ® kronis
- Akumulasi CO2 ® Anesthesi rebreathing
- Terapi : Perbaiki ventilasi
4.
Alkalosis Respirasi
- Hipoksia karena anemia atau
berada di tempat tinggi
- Hiperventilasi mekanis ® ventilator
- Ensefalitis
- Ansietas
- Gagal hati, Syok atau Sepsis
- Terapi : Koreksi penyakit yang
mendasari.
E.Tanda
dan Gejala Kecukupan Cairan dan Elektrolit
Caranya adalah dengan melihat kondisi air seni. Bila air seni
berwarna kuning cerah/bening dan jumlahnya banyak ,itu berarti kebutuhan cairan
tubuh cukup baikdan sudah terpenuhi . sedangkan jika warna air seni berubah
menjadi lebih gelap ( kuning tua/orange)dan jumlahnya sedikit itu berarti tubuh
kekurangan cairan .
Selain itu tanda-tanda kecukupan air juga bias di lihat dari
beberapa kondisi lainnya yaitu jika sering merasa haus mulut dan bibir
kering,merasa pusing,nyeri otot dan sendi, nyeri tulang belakang dan juga
mengalami sembelit atau konstipasi
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
B. Kritik & saran.
Guna peyempurnaan makalah ini,kami dari kelompok 3 sangat mengharapkan kritik serta saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
B. Kritik & saran.
Guna peyempurnaan makalah ini,kami dari kelompok 3 sangat mengharapkan kritik serta saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.
No comments:
Post a Comment