Friday, March 20, 2015

PENGELOLAAN ALAT BEKAS PAKAI

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pemrosesan alat bekas pakai adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda – benda (peralatan medis ,sarung tangan ,meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Maka penting bagi bidan untuk mengetahui cara mengamankan peralatan medis yang belum atau sudah terpakai. Pemrosesan alat sangat penting dilakukan untuk membunuh mikroorganisme agar alat kesehatan menjadi steril kembali. Hal ini penting agar mikroorganisme dari pasien yang satu tidak menyebar ke pasien yang lain, karena banyak kasus yang disebabkan oleh tertularnya mikroorganisme berbahaya dari dari seorang pasien ke pasien yang lain, seperti HIV/AIDS,TBC, hepatitis B,dll.
Pemrosesan alat adalah salah satu cara untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme berbahaya penyebab penyakit dari peralatan kesehatan yang sudah terpakai. Pemrosesan alat juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh kuman pada alat – alat medis. Pemrosesan alat dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui cara dekontaminasi, mencuci atau membilas, dan sterilisasi.
B.       Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan :
1.      Mempelajari dan memahami tata cara pemrosesan alat bekas pakai  dengan benar.
2.      dapat melakukan tata cara pemrosesan alat bekas pakai dengan cara dekontaminasi, , desinfektan, DTT dan sterilisasi
C.      Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan dekontaminasi dan hal-hal yang berhubungan ?
2.    Apa yang di maksud dengan desinfektan tingkat tinggi dan hal-hal yang berhubungan ?
3.    Apa yang dimaksud dengan sterilisasi dan hal-hal yang berhubungan ?
BAB II
PENGELOLAAN ALAT BEKAS PAKAI
(DEKONTAMINASI, STERILISASI, DESINFEKTAN TINGKAT TINGGI)
A.  Dekontaminasi
Sudah lebih dari 20 tahun. Dekontaminasi terbukti dapat mengurangi tingkat kontaminasi mikrobial pada instrumen bedah. Misalnya, studi yang dilakukan oleh Nystrom (1981) menemukan kurang dari 10 mikroorganime pada 75 % dari alat yang tadinya tercemar dan pada 98% kurang dari 100 pada alat yang telah dibersihkan dan didekontaminasi. Berdasarkan penemuan ini, sangat dianjurkan agar alat dan benda-benda lain yang dibersihkan dengan tangan, didekontaminasi terlebih dahulu untuk meminimalkan risiko infeksi kepada petugas yang tidak sengaja terluka saat membersihkan serta mengurangi kontaminasi kuman pada tangan mereka.
Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah, sarung tangan dan benda lainnya yang telah tercemar. Hal penting sebelum membersihkan adalah mendekontaminasi  alat tersebut dengan merendamnya di larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Langkah ini dapat me-non-aktifkan HBV, HCV dan HIV serta dapat mengamankan petugas yang membersihkan alat tersebut (AORN 1990; ASHCSP 1986).
A.1 Produk-Produk Dekontaminasi
       Larutan klorin terbuat dari sodium hipoklorit yang umumnya tidak mahal dan merupakan produk dengan reaksi yang paling cepat dan efektif pada proses dekontaminasi, tetapi ada juga bahan lainnya yang bisa digunakan seperti etil atau isoprofil alkohol 70% dan bahan fenolik 0,5% - 3% (Crutcher dkk 1991).
Apabila tidak tersedia disinfektan untuk proses dekontaminasi, diperlukan kewaspadaan tinggi saat menangani dan membersihkan benda tajam tercemar (misal jarum jahit, gunting, dan pisau bedah).


Tabel Mempersiapkan Larutan Klorin Cair dari Cairan Pemutih (Larutan Sodium Hipoklorit) untuk proses Dekontaminasi dan DTT.
Tipe/merek pemutih
(menurut negara)
Klorin
(% kepekatan)
Jumlah air per 1 bagian pemutiha


0,5%
0,1%b
8o klorumc
2,4%
4
23
JIK (Kenya), Pemutih Robin (Nepal)
3,5%
6
34
12o klorum
3,6%
6
35
Pemutih rumah tangga (AS, Indonesia), ACE (Turki) Eau de Javal (Perancis) (15o klorum) Lejia (Peru)
5%
9
49
Blanquedor, Cloro (Meksiko)
6%
11
59
Lavandina (Bolivia)
8%
15
79
Chloros (Inggris)
10%
19
99
Chloros (Inggris), Extrait de Javel (Perancis) (48o klorumc)
15%
29
149
Tabel A.1
a = Baca sebagai satu bagian (misal cangkir atau gelas) cairan pemutih pekat untuk x bagian air (JIK  {larutan 0,5%} – campur 1 cangkir pemutih dengan 6 cangkir air sehingga seluruhnya menjadi 7 cangkir).
b = Gunakan air matang saat menyiapkan larutan klorin 0,1% untuk DTT karena air ledeng mengandung bahan organik mikroskopis yang dapat menonaktifkan klorin.
c = di beberapa negara, konsentrasi sodium hipoklorit ditunjukan dengan derajat klorometrik (oklorum); satu oklorum kira-kira sama dengan kepekatan klorin 0,3%.
Rumus membuat larutan klorin cari dari larutan hipoklorit
  • Periksa kepekatan (% konsentrasi) dari produk klorin yang digunakan.
  • Tentukan jumlah bagian air yang dibutuhkan dengan menggunakan Tabel 1 atau rumus dibawah ini:
Jumlah Bagian (JB) air =[% konsentrat ] - 1
                                             % keenceran
  • campur 1 bagian konsentrat pemutih dengan jumlah bagian air yang dibutuhkan.
Tabel A.1.2\
A.2 Tips Dekontaminasi
1)                  Gunakan tempat plastik untuk dekontaminasi agar mencegah :
a.                   Tumpulnya pisau (misak gunting) saat bersentuhan dengan kontainer logam, dan
b.                   Berkaratnya instrumen karena reaksi kimia (elektrilisis) yang terjadi antara dua logam yang berbeda (misal instrumen dan wadah) bila direndam dalam air.
2)                  Jangan merendam instrumen logam yang berlapis elektro ( artinya tidak 100% baja tahan gores) meski dalam air biasa selama beberapa jam karena akan berkarat.
Setelah dekontaminasi, instrumen harus segera dicuci dengan air dingin untuk menghilangkan bahan organik sebelum dibersihkan secara menyeluruh. Misalnya, beberapa fasilitas pelayanan kesehatan menaruh  2 ember di ruang operasi, satu ember diisi dengan larutan klorin 0,5% dan ember yang satu lagi diisi dengan air, sehingga instrumen tersebut dapat ditempatkan dalam air setelah direndam dalam larutan klorin selama 10 menit. Meski hal ini akan membantu mencegah korosi, instrumen akan tetap berkarat bila direndam selama satu jam di dalam air biasa.
Jarum habis pakai dan semprit harus di dekontaminasi diletakkan dalam wadah yang tahan tusukan, dienkapsulasi, dibakar, maupun dikubur. Apabila akan digunakan kembali, maka jarum dan semprit harus dibersihkan dan dicuci secara menyeluruh setelah didekontaminasi. Sebab jarum yang terkontaminasilah yang paling sering menimbulkan cedera, oleh karena itu dianjurkan hanya semprit yang diproses sebelum digunakan kembali, dan tidak untuk jarum. Tindakan ini lebih aman dibandingkan dengan memproses jarum dan semprit. Selain itu, akan mengurangi biaya dan juga menghasilkan sedikit sampah terkontaminasi daripada membuang keduanya.
Permukaan yang luas, misalnya pada pemeriksaan pelvis atau meja operasi, yang kemungkinan besar bersentuhan dengan darah atau duh tubuh harus didekontaminasi. Menyeka dengan disinfektan yang tepat seperti larutan klorin 0,5% sebelum digunakan kembali atau saat terkena kontaminasi, merupakan cara yang mudah dan murah untuk proses dekontaminasi pada permukaan yang luas.
Sekali instrumen atau benda lainnya telah didekontaminasi, maka selanjutnya bisa diproses dengan aman. Tindakan ini meliputi pembersihan dan akhirnya dengan melakukan sterilisasi atau disinfektan tingkat tinggi (DTT).
B.  Sterilisasi
Sterilisasi dapat membunuh semua mikroorganisme, termasuk bakteri endospora.
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Strilisasi jika dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patoge atau apatoge beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran denngan cara merebus,stoom,panas tinggi atau bahan kimia.jenis sterilisasi antara lain sterlisasi cepat,strilisasi panas kering,strerilisasi gas ( formalin, H2O2 ), rdiasi ionisasi.
Sterilisasi harus dilakukan untuk alat-alat, sarung tangan bedah, dan alat lain yang kontak langsung dengan aliran darah atau jaringan normal steril (Spaulding : 1939). Hal ini dapat dicapai dengan uap bertekanan tinggi (otoklaf), pemanasan kering (oven), sterilisasi kimiawi, seperti glutaraldehid atau formaldehid, dan secara fisik (radiasi). Karena sterilisasi itu sebuah proses, bukan sebuah peristiwa tunggal, maka seluruh komponen harus dilakukan secara benar agar sterilisasi tercapai.
Agar efektif, sterilisasi butuh waktu, kontak, suhu dan dengan sterilisasi uap, bertekanan tinggi. Efektivitas setiap metode sterilisasi juga bergantung pada empat faktor lainnya sebagai berikut:
1.    Jenis mikroorganisme yang ada. Sebagian mikroorganisme sangat sulit dibunuh. Sebagian lainnya daoat dengan mudah dibunuh.
2.    Jumlah mikroorganisme yang ada. Lebih mudah membunuh satu organisme daripada yang banyak.
3.    Jumlah dan jenis materi organik yang melindungi mikroorganisme tersebut. Darah atau jaringan yang menempel pada alat-alat yang kurang bersih berfungsi sebagai pelindung mikroorganisme selama proses sterilisasi.
4.    Jumlah retakan dan celah pada peralatan sebagai tempat menempel mikroorganisme. Mikroorganisme berkumpul di dan dilindungi oleh goresan, retakan, dan celah, seperti jepitan yang bergerigi tajam dan cunam jaringan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi :
  1. Sterilisator ( alat untuk steril ) harus siap pakai,bersih dan masih berfungsi
  2. Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan menyebutkan jenis peralatan,jumlah,tanggal pelaksanaan steril.
  3. Penataan alat harus berprinsip semua bagian dapat steril
  4. Tidak boleh menambahkan peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai
  5. Memindahkan alat steril ke dalam tempatnya dengan korental
  6. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka bungkusnya,bila terbuka harus dilakukan sterilisasi ulang

Beberapa alat yang perlu disterilkan :
  1. Peralatan logam ( pinset, gunting, speculum,dll )
  2. Peralatan kaca ( semprit, tabung kimia )
  3. Peralatan karet ( cateter, sarung tangan, pipa lambung,dll)
  4. Peralatan ebonite ( kanule rectum, kanule trakea,dll)
  5. Peralatan email ( bengkok, baskom, dll)
  6. Peralatan porselin ( mangkok, cangkir, piring, dll )
  7. Peralatan plastic ( selang infuse, dll )
  8. Peralatan tenunan ( kain kassa, dll ) 
Prosedur kerja
  1. Bersihkan peralatan yang akan disterilisasi
  2. Peralatan yang dibungkus haris diberi label
  3. Masukkan ke dalam sterilisator dan hidupkan sterilisator sesuai dengan waktu yang ditentukan
  4. Cara sterilisasi:
a)    Sterilisasi dangan merebus dalam air mendidih sampai 100  ( 15 – 20 menit ) untuk logam,kaca,dan karet
b)   Sterilisasi dengan stoom menggunakan uap panas di dalam autoclave dengan waktu, suhu,tekanan tertentu untuk alat tenun
c)    Sterilisasi dengan panas kering menggunakan oven panas tinggi ( logam yang tajam,dll )
d)   Sterilisasi dengan bahan kimia menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat,uap formalin, sarung tangan dan kateter.
B.1 Metode Sterilisasi Panas
       Penguapan bertekanan tinggi yang menggunakan otoklaf atau pemanasan kering dengan menggunakan oven adalah metode sterilisasi paling umum dan tersedia saat ini.
       Strerilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang efektif, tetapi juga paling sulit untuk dilakukan secara benar (Gruendemann dan Mangun 2001). Pada umumnya sterilisasi ini adalah metode pilihan untuk mensterilisasi instrumen dan alat-alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayan kesehatan. Bila aliran listrik bermasalah, instrumen-instrumen dapat disterilisasi dengan sebuah sterilisator uap nonelektrik dengan menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai sumber panas.
       Sterilisator panas kering (oven) baik untuk iklim yang lembab tetapi membutuhkan aliran listrik yang terus menerus, menyebabkan alat ini kurang praktis pada area terpencil (pedesaan). Lagipun, sterilisasi panas kering, dimana perlu suhu yang lebih tinggi, hanya dapat digunakan untuk benda-benda gelas atau logam. Karena akan melelehkan bahan lainnya.
       Instrumen steril dan instrumen lainnya harus digunakan segera kecuali jika :
a)      dibungkus dengan lapisan ganda kain katun, kertas atau bahan lainnya sebelum proses sterilisasi ; atau
b)      dapat disimpan dalam wadam wadah kering dan steril berpenutup rapat.
Bahan yang digunakan untuk membungkus instrumen dan instrumen lainnya harus berpori-pori agar uap dapat masuk tetapi beranyaman cukup ketat untuk menghindari masuknya partikel-partikel debu dan mikroorganisme. Paket steril terbungkus harus tetap dalam kondisi steril sehingga paket atau wadah itu terkontaminasi. Robek atau usang pada bungkusannya, paket menjadi basah atau hal lainnya yang menyebabkan mikroorganisme memasuki paket atau wadah tersebut.
B.2 Sterilisasi Panas untuk Penyakit Prion
            Penyakit prion, seperti Creutzfeldt-Jakob disease (CJD), adalah sekelompok penyakit degeneratif otak yang mendapat perhatian khusus selama beberapa tahun terakhir ini. Penyakit pada hewan ini (anjing, sapi dan hewan menyusui lainnya) termasuk manusia akan secara cepat berakibat fatal pada saat timbulnya simptom. Pada manusia, CJD masih jarang terjadi dengan insiden kurang dari 1 per satu juta penduduk (Holman dkk.:1996). CJD merupakan masalah pencegahan infeksi yang unik karena prion, yaitu protein mengandung agen infeksi dapat tetap bertahan hidup pada proses sterilisasi uap tekanan tinggi atau panas yang direkomendasikan. Selain itu, disinfektan kimia termasuk sterilan, seperti glutaraldehid dan formaldehid, tidak cukup kuat untuk menghilangkan infektivitas prion pada instrumen yang terkontaminasi dan instrumen lainnya. Oleh karena itu, instrumen-instrumen bedah dan perangkat kritis lainnya yang terkontaminasi dengan jaringan berisiko tinggi (yaitu otak,sumsum tulang dan jaringan mata) dari pasien dengan CJD yang diketahui atau dicurigai, diperlukan suatu penanganan khusus (Rutala dan Webew 2001).
Rekomendasi untuk merawat pasien-pasien dengan CJD dalam penanganan dan pemrosesan instrumen-instrumen dan perangkat lain yang terkontaminasi, terdiri dari hal berikut ini.
-     Setelah pembedaha :1) hindari memegang instrumen-instrumen yang terkontaminasi, 2) alat-alat sekali pakai dan perlengkapan perlindungan diri yang dipakai oleh tim bedah harus ditempatkan dalam kantong plastik dan dibakar, 3) setelah pembedahan, alat-alat nonkritis, seperti meja operasi, tiang infus Mayo dan permukaan lingkungan lainnya dapat didekontaminasi secara mengelap dengan kain yang direndam dengan larutan klorin 0,5%.
-     Instrumen-instrumen dan perangkat lain yang bersifat tahan panas harus didekontaminasi dahulu dengan memasukannya pada terilisator pemindahan graviti pada suhu 121oC (250oF) selama 1 jam atau pada sterilisator pra-vakum pada 134oC (275oF) selama 18 menit.
-     Setelah dekontaminasi, bersihkan dan lakukan strerilisasi instrumen-instrumen tersebut dengan mempergunakan proses yang dianjurkan.
-     Kemungkinan lainnya, setelah pembedahan, redamlah instrumen-instrumen yang terkontaminasi dan perangkat lainnya dalam Natrium Hidroksid (NaOH) selama 1 jam. Kemudian, bersihkan dan lakukan sterilisasi atas instrumen dan perangkat tersebut dengan mempergunakan proses yang dianjurkan  ( Abrutyn 1998 ; Fishman dkk 2002).
-     Jaringan biopsi dan spesimen bedah harus ditempatkan dalam formalin selama 48 jam kemudian dalam asam formik selama 1 jam dan akhirnya kembali ke dalam larutan formalin yang baru selama 48 jam ( Abrutyn 1998 ).
B.3 Sterilisasi Dengan Cara Penguapan
1.    Prinsip-prinsip Umum
Penguapan adalah sterilan yang efektif karena dua alasan. Pertama, uap pekat adalah sebuah “kendaraan” energi termal yang sangat efektif. Jenis ini jauh lebih efektif untuk mengangkut energi ke bahan yang akan disterilisasi daripada udara panas (kering). Di dapur, kentang dapat dimasak dalam beberapa menit dalam oven udara panas akan membutuhkan waktu satu jam atau lebih, walaupun oven itu dinyalakan pada suhu yang jauh lebih tinggi. Uap, khususnya dibawah tekanan, membawa energi termal ke kentang lebih cepat, sebaliknya udara panas lebih lambat. Kedua, uap adalah sterilan yang efektif karena lapisan luar mikroorganisme yang bersifat protektif dan resisten dapat dilemahkan oleh uap, sehingga terjadi koagulasi (serupa dengan memasak putih telur) pada bagian dalam mikroorganisme yang sensitif. Beberapa jenis kontaminan tertentu, khususnya yang berminyak atau berlemak, dapat melindungi mikroorganisme dari efek uap, sehingga mengganggu proses sterilisasi. Alasan ini yang menekankan kembali kepentingan mencuci bersih bahan-bahan sebelum proses sterilisasi.         
2.    Persyaratan
Sterilisasi uap harus memenuhi empat kondisi: 1) kontak yang memadai, 2) suhu yang sangat tinggi, 3) waktu yang cepat, dan 4) kelembaban yang memadai. Walaupun seluruhnya perlu untuk terjadinya sterilisasi, kegagalan sterilisasi di klinik dan rumah sakit paling sering disebabkan oleh kurangnya kontak uap atau kegagalan untuk mencapai suhu yang memadai. Keempat kondisi dibahas menurut kepentingannya untuk menjamin sterilisasi dengan uap.
3.    Kelebihan
a)    Metode sterilisasi yang paling sering dipakai dan efektif.
b)   Waktu siklus sterilisasi lebih pendek daripada panas kering atau siklus kimia.
4.    Kekurangan
a)    Membutuhkan sumber panas yang terus menerus (bahan bakar kayu, minyak tanah atau aliran listrik).
b)    Membutuhkan peralatan (sterilisator uap) yang harus dipelihara dengan cermat agar tetap berfungsi dengan baik.
c)    Membutuhkan ketaatan waktu, suhu dan tekanan secara ketat.
d)   Sukar menghasilkan paket kering karena gangguan prosedur sering terjadi (misalnya mengangkat bahan-bahan sebelum kering, khususnya pada iklim yang lembab dan panas).
e)    Siklus sterilisasi yang berulang-ulang dapat menyebabkan bopeng dan penumpulan sisi instrumen yang tajam (seperti gunting)
f)    Bahan-bahan plastik tidak tahan suhu tinggi.
5.    Instruksi Sterilisator Uap
Langkah 1 : mendekontaminasikan, membersihkan, dan mengeringkan seluruh instrumen yang akan disterilisasi.
Langkah 2 : semua peralatan berengsel harus terbuka atau tidak terkunci, sedangkan instrumen yang terdiri lebih dari satu bagian atau bagian sorong harus dibongkar.
Langkah 3 : instrumen sebaiknya tidak diikat ketat dengan karet atau cara lain yang dapat mencegah kontak uap dengan seluruh permukaan.
Langkan 4 : susun paket dalam ruangan untuk memudahkan sirkulasi yang bebas dan penetrasi uap ke seluruh permukaan.
Langkah 5 : ketika menggunakan sterilisator uap, sebaiknya instrumen-instrumen bersih atau bahan bersih lainnya dibungkus dengan kain katun ganda atau kertas koran. (Instrumen-instrumen yang tidak dibungkus harus digunakan segera setelah dikeluarkan dari sterilisator  kecuali bila tetap disimpan dalam wadah steril dan tertutup).
Langkah 6 : lakukan sterilisasi pada suhu 121oC (250oF) selama 30 menit untuk alat terbungkus, waktu ditentukan dengan jam.
Langkah 7 : tunggu 20 hingga 30 menit (atau hingga meter tekanan udara terbaca nol) sampai sterilisator dingin. Kemudian buka penutup atau pintunya mengeluarkan uap. Biarkan  paket instrumen kering seluruhnya  sebelum diangkat, biasanya hingga selama 30 menit.(paket yang basah dapat menyerap bakteri, virus, dang fungi dari sekelilingnya). Paket instrumen terbungkus tersebut tidak dapat diterima apabila ada tetesan air atau lembab yang terlihat pada bagian luar paket tersebut ketika dikeluarkan dari ruang sterilisator. Apabila menggunakan wadah kaku (misalnya drum), tutup/geserkan gasket.
Langkah 8 : agar mencegah kondensasi ketika mengeluarkan paket-paket tersebut dari ruang sterilisator uap, tempatkan baki dan paket steril pada permukaan yang dilapisi dengan kertas atau bahan lain.
Langkah 9 : setelah sterilisasi, instrumen yang dibungkus dengan kain atau kertas dianggap steril sepanjang paket tersebut tetap bersih, kering ( termasuk tidak ada noda air) dan utuh. Instrumen yang tidak dibungkus harus digunakan segera atau disimpan dalam wadah-wadah yang tertutup dan steril.  
B.4 Sterilisasi dengan Panas Kering
       Bila tersedia, panas kering adalah sebuah cara yang praktis untuk sterilisasi atas jarum dan instrumen lainnya. Dianjurkan memakai sebuah oven konveksi dengan ruangan baja antikarat terisolasi dan rak-rak perforasi untuk memungkinkan sirkulasi udara panas, namun sterilisasi panas kering ini akan dapat tercapai dengan sebuah oven sederhana, asalkan sebuah termometer digunakan untuk memastikan suhu didalam oven.
       Sterilisasi panas-kering ini tercapai dengan proses konduksi panas. Pada awalnya, panas diabsorbsi oleh permukaan luar dari sebuah instrumen dan kemudian dikirimkan ke lapisan berikutnya. Pada akhirnya, keseluruhan objek mencapai suhu yang dibutuhkan untuk sterilisasi. Mikroorganisme mati pada saat penghancuran protein secara lambat oleh panas kering. Proses sterilisasi panas kering berlangsung lebih lama daripada sterilisasi uap, karena kelembaban dalam proses sterilisasi uap secara pasti mempercepat penetrasi uap dan memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk membunuh mikroorganisme.
1.    Kelebihan
-     metode yang sangat efektif, seperti sterilisasi panas kering dengan konduksi menjangkau seluruh permukaan instrumen, bahkan untuk instrumen yang tidak dapat dibongkar pasang.
-     Bersifat protektif atas benda tajam atau instrumen dengan sisi potong (lebih sedikit masalh dengan penumpulan sisi potong tersebut)
-     Tidak meninggalkan sisi kimia.
-     Mengurangi masalah “paket basah) di iklim lembab.
2.    Kekurangan
-     Instrumen plastik dan karet tidak dapat disterilisasi dengan cara panas kering karena suhu yang digunakan (160o-170oC) terlalu tinggi untuk materi ini.
-     Panas kering memenetrasi materi secara lambat dan tidak merata.
-     Membutuhkan oven dan sumber listrik secara terus menerus.
3.    Instruksi (oven panas kering)
Langkah 1 : lakukan dekontaminasi, bersihkan dan keringkan seluruh instrumen dan instrumen lainnya yang akan disterilisasi.
Langkah 2 : bila dikehendaki, bungkuslah instrumen-instrumen dengan kertas alumunium atau tempatkan disebuah kontainer logam dengan penutup yang rapat. Pembungkusan membantu mencegah proses kontaminasi ulang sebelum digunakan. Jarum suntik atau jarum jahit harus dimasukkan dalam tabung gelas dengan disumbat kapas.
Langkah 3 : tempatkan instrumen-instrumen lepas (tidak dibungkus) dalam wadah logam atau diatas baki di oven dan panaskan hingga suhu yang diinginkan.
Langkah 4 : setelah tercapai temperatur yang dikehendaki, mulailah penghitungan waktu. Dianjurkan suhu/rasio waktu berikut inia (APIC 2002) :
-     170oC(340oF) – 60 menit
-     160oC(320oF) – 120 menit
-     150oC(300oF) – 150 menit
-     140oC(285oF) – 180 menit
-     121oC(250oF) – semalaman
Tergantung pada suhu yang dipilih , waktu total siklus (prapemanasan, lamanya sterilisasi, dan pendinginan) akan membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam pada 170oC hingga lebih dari 8 jam pada 121oC.
Langkah 5 : setelah dingin, angkatlah paket/dan wadah logam dan simpanlah. Instrumen lepas sebaiknya dikeluarkan dengan curam yang steril dan gunakan segera atau tempatkan di wadah steril dengan penutup yang rapat.
C.  Disinfektan Tingkat Tinggi (DTT)
DDT adalah cara efektif untuk membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dari peralatan, sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan tidak selalu praktis. DTT  bisa dijangkau dengan cara merebus, mengukus atau secara kimiawi. Ini dapat menghilangkan semua organisme kecuali beberapa bakteri endospora sebesar 95%.
1.    DTT dengan cara merebus
Merebus merupakan cara efektif dan praktis untuk DTT. Perebusan dalam air selama 20 menit setelah mendidih, dimana semua alat jika mungkin harus terendam semua, ditutup rapat dan dibiarkan mendidih serta berputar.
  1. Gunakan panci dengan penutup yang rapat
  2. Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan
  3. Rendam peralatan sehingga semuanya terendam dalam air
  4. Mulai panaskan air
  5. Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih
  6. Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan waktu dimulai
a)      Rebus selama 20 menit
b)      Catat lama waktu perebusan pelaratan di dalam buku khusus
c)      Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum digunakan atau disimpan
d)     Setelah peralatan kering,gunakan segera atau simpan dalam wadah DTT dan penutup. Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan penutupnya tidak dibuka.
e)      DTT dengan uap panas
2.    DTT dengan Uap
Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci maka sarung tangan siap DTT dengan uap tanpa diberi talk.
  1. Gunakan panci perebus yang memiliki 3 susunan nampan pengukus.
  2. Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai, sarung tangan dapat dipakai tanpa membuat kontaminasi baru
  3. Letakkan sarung tangan pada baki atau tampan pengukus yang berlubang di bawahnya. Agar mudah dikeluarkan dari panci,letakkan sarung tangan dengan bagian jarinya kearah tengah panci. jangan menumpuk sarung tangan.
  4. Ulangi proses tersebut hingga semua nampan terisi dengan menyusun tiga nampan pengukus yang brisi air.
  5. Letakkan penutup di atas panci paling atas dan panaskan air hingga mendidih. Jika uap airnya sedikit,suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme.
  6. Catat lamanya waktu pengukusan jika uapa air mulai keluar dari celah panci.
  7. Kukus sarung tangan 20 menit
  8. Angkat nampan pengukus paling atas dan goyangkan perlahan – lahan agar air yang tersisa menetes keluar.
  9. Letakkan nampan pengukus diatas panci yang kosong disebelah kompor
  10. Ulangi langkah tersebut hingga nampan tersebut  berisi sarung tangan susun diatas panci perebus yang kosong.
  11. Biarkan sarung tangan kering dengan diangin- anginkan di dalam panci sampai 4 – 6 jam.
  12. Jika sarung tangan tidak akan segera dipakai,setelah kering gunakan pinset DTT untuk memindahkan sarung tangan. Letakkan sarung tangan dalam wadah DTT lalu tutup rapat.
3.    DTT  dengan kimiawi
    1. Letakkan peralatan kering yang sudah didekontaminasi dan dicuci dalam wadah yang sudah berisi laruta kimia.
    2. Pastikan bahwa peralatan terendam semua dalam larutan.
    3. Rendam selama 20 menit.
    4. Catat lama waktu perendaman
    5. Bilas peralatan dengan air matang dan angin – anginkan di wadah DTT yang berpenutup
    6. Setelah kering peralatan dapat digunakan atau disimpan dalam wadah DTT yang bersih.












BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Dari apa yang dipaparkan pada pembahasan makalah diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan antara lain :
1. Untuk membunuh mikroorganisme berbahaya yang terdapat pada alat kesehatan yang sudah terpakai, tenaga kesehatan dapat melakukannya dengan cara dekontaminasi,  desinfektan tingkat tinggi dan sterilisasi.
2. Pemrosesan alat bekas pakai penting dilakukan untuk mencegah penularan penyakit menular.
3. Dekontaminasi, desinfektan tingkat tinggi dan sterilisasi merupakan langkah awal yang dilakukan untuk pemrosesan alat bekas pakai.
B.   SARAN
Demi meningkatkan kualitas tenaga kesehatan mendatang, penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Sebaiknya setelah menggunakan alat kesehatan segeralah melakukan dekontaminasi, desinfektan tingkat tinggi dan sterilisasi.
2.    Tenaga kesehatan harus benar – benar memastikan bahwa alat kesehatan yang akan dipakai sudah steril, agar tidak ada korban yang terjangkit penyakit menular akibat kelalaian tenaga kesehatan.
3.    Selain dapat menstrerilkan alat kesehatan dari mikroorganisme berbahaya, tenaga kesehatan juga harus dapat merawat alat kesehatan dengan benar.



No comments:

Post a Comment