SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
PENYAKIT DISENTRI
Disusun oleh :
Sani Tryana Septian
NIM : C.14201.12.031
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2013
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
- Pokok Bahasan
: Penyakit Disentri
- Sub
Pokok
Bahasan
: penyebab, gejala dan pencegahan disentri
- Hari/tanggal : Jum’at/07 Juni 2013
- Tempat
: Kp. Calingcing
- Sasaran
: Masyarakat
- Waktu : ± 15
menit
- Penyuluh
: Sani Tryana Septian
- Latar
Belakang/ Deskripsi :
“Disentri merupakan peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit
perut dan buang air besar yang terjadi berulang-ulang sehingga dapat
menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah. Hal inilah yang
membuat penyakit disentri harus diwaspadai. Apalagi penyakit ini dapat
menyerang siapa saja, tidak hanya orang dewasa, anak-anak bahkan balita pun
dapat menderitanya. Agar kita dapat menghindari penyakit yang satu ini, tidak
ada salahnya apabila kita mengenalnya lebih dekat.
Kebanyakan orang pada penyembuhan
mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya
tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat mengalami serangan penyakit
berulang-ulang. Oleh karena itu, tugas dari tim kesehatan khususnya sebagai
perawat memberikan penjelasan sepenuhnya mengenai tata laksana pengobatan dan
pencegahan disentri, ini juga untuk menerapkan pola prinsip hidup sehat agar
terhindar dari berbagai penyakit salah satunya yaitu Disentri”.
- Tujuan
a. Tujuan Instruktur
Umum :“Setelah di lakukan
penyuluhan kesehatan mengenai kebersihan diri dan lingkungan sebagai upaya
pencegahan Disentri di harapkan orang tua/wali dan siswa-siswa mampu memahami
tentang menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta membimbing anaknya”
b. Tujuan Instruktur
Khusus : “Setelah di berikan
penyuluhan atau promosi kesehatan di harapkan mampu,
1. Mampu menjelaskan pengertian penyakit Desentri
2. Mampu menyebutkan tanda dan gejala
3. Mampu menyebutkan penyebab Desentri
4. Menyebutkan jenis-jenis Desentri
5. Megetahui
cara pengobatan rumah dan pencegahan Desentri secara dini”.
- Metode
: Ceramah dan Diskusi
- Media
: Leaflet
- Sumber
-DeWitt G.T, Acute Infectious
Bloody Diarrhea. Pediatr. Rev.
1992;13;97-119
-Jones ACC,
Farthing MJG. Management of infectious diarrhoea. Gut 2004; 53:296-305.
-Diniz-Santos
R.D., Santana, Epidemiological and Microbiological Aspects of Acute Bacterial
Diarrhea in Children from Salvador, Bahia, Brazil, The Brazilian Journal of Infectious Diseases 2005;9(1):77-83
- Langkah-langkah
penyuluhan/ Promosi Kesehatan
No.
|
Waktu
|
Tahapan
|
Kegiatan
|
Peserta
|
Metode
|
Media
|
1.
|
2 menit
|
Pembukaan
|
-Salam
-Perkenalan
-Jelaskan
tujuan/persepsi
(menggali
Informasi)
|
-Menjawab
salam
-Antusias
-Kooperatif,
Mendengarkan
|
-
|
-
|
2.
|
10 menit
|
Pelaksanaan
|
Menjelaskan:
-Pengertian
Disentri
-Konsep
disentri pada anak-anak
-Menyebutkan
tanda dan gejala
-Menjelaskan
penyebab Disentri
-Memutar
film bertema kebersihan Diri dan Lingkungan
-Role play
“Disentri karena jajan sembarangan”
-Simpulan
|
Memperhatikan
dengan Seksama
|
Ceramah, Diskusi
|
Lembar
balik.
|
5.
|
3 menit
|
Penutup
|
-Evaluasi
-Kesimpulan
-Terminasi
-Salam
|
Menjawab salam
|
-
|
-
|
MATERI
DISENTRI
A.
PENGERTIAN
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan)dan enteron(=usus)yaitu
peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air
besar, tinja berlendir bercampur darah. Buang air besar ini
berulang-ulang yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah.
B. DIAGNOSIS
Gejala klinis
Setelah masa inkubasi yang pendek
(1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja
yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus.
Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon,
maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir
dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan tenesmus yang
menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan
dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan
orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis,
dan bahkan kematian. Hal ini dikarenakan terdapat hubungan perkembangan
metabolisme cairan dan elektrolit sistem gastrointestinal yang memiliki variasi
usia. Pada bayi mukosa usus cenderung lebih permeabel terhadap air. Sehingga
pada bayi dampak dari peningkatan osmolalitas lumen karena proses diare
menghasilkan kehilangan cairan dan elektrolit yang lebih besar daripada anak
yang lebih tua atau orang dewasa dengan proses yang sama.
Disentri Amuba Carrier (Cyst
Passer) tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan
karena amuba yang berada dalam lumen usus besar tidak mengadakan invasi ke
dinding usus. Timbulnya penyakit (onset penyakit) perlahan-lahan. Penderita
biasanya mengeluh perut kembung, kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang
(tenesmus). Dapat timbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau
busuk. Kadang juga tinja bercampur darah dan lendir. Terdapat sedikit nyeri
tekan di daerah sigmoid, jarang nyeri di daerah epigastrium. Keadaan tersebut
bergantung pada lokasi ulkusnya. Keadaan umum pasien biasanya baik, tanpa atau
sedikit demam ringan (subfebris). Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau
sedikit nyeri tekan.
Laboratorium
Dalam tinja pasien dapat ditemukan
bentuk trofozoit yang masih bergerak aktif seperti keong dengan menggunakan
pseudopodinya yang seperti kaca. Jika tinja berdarah, akan tampak amoeba dengan
eritrosit di dalamnya. Bentik inti akan nampak jelas bila dibuat sediaan dengan
larutan eosin. Temuan adanya trofozoit sebagai diagnosis pasti amubiasis,
temuan adanya kista amuba beum cukup untuk mendiagnosis amuba.
Kista amubiasis berbentuk bulat dan
berkilau seperti mutiara. Di dalamnya terdapat badan-badan kromatoid yang
berbentuk batang dengan ujung tumpul, sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat
melihat intinya, dapat digunakan larutan lugol. Akan tetapi dengan larutan
lugol ini badan-badan kromatoid tidak tampak. Bila jumlah kista sedikit, dapat
dilakukan pemeriksaan menggunakan metode konsentrasi dengan larutan seng sulfat
dan eterformalin. Dengan larutan seng sulfat kista akan terapung di permukaan
sedangkan dengan larutan eterformalin kista akan mengendap.
KOMPLIKASI
1.
Hipokalemi. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian
oralit atau makanan kaya kalium seperti pisang, air kelapa dan sayuran berdaun
hijau.
2.
Demam tinggi. Jika anak demam tinggi (≥ 39 ° C atau ≥
102,2 ° F) yang akan menyebabkan kesulitan, berikan parasetamol.
3.
Prolaps rektum. Sedikit tekan kembali prolaps rektum
menggunakan sarung tangan bedah atau kain basah. Atau, siapkan cairan yang
hangat dari magnesium sulfat dan kompres dengan larutan ini untuk mengurangi
prolaps dengan mengurangi edema tersebut.
4.
Kejang. Jika berlangsung lama atau berulang, maka
berikan antikonvulsi dengan daizepam intravena atau diazepam rektal.
5.
Sindrom hemolitik-uremik. Bila pemeriksaan
laboratorium tidak dapat dilakukan, maka pikirkan kemungkinan sindrom
hemolitik-uremik (HUS) pada pasien dengan mudah memar, pucat, kesadaran menurun
atau tidak ada output urin
C. CARA
PENULARAN
Sindroma
disentri dapat menular melalui berbagai cara dan media. Misalnya, minum air
yang tercemari tinja atau makan tanpa mencuci tangan setelah bermain di tempat
kotor (fecal oral) . Kontak langsung dengan orang atau alat
rumah tangga yang tercemar juga dapat memberi jalan bagi masuknya bakteri atau
amuba penyebab disentri. Penularan dengan cara-cara ini biasanya terjadi di
daerah yang padat populasinya atau di daerah yang sanitasi dan higienitasnya
kurang baik.
Pencegahan
dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan sanitasi lingkungan,
termasuk memperhitungkan jarak antara lokasi pembuangan kotoran dan sumber air
serta tempat tinggal. Cuci tangan sebelum makan juga amat disarankan. Tentu
saja, apa yang dimakan dan diminum harus bersih.
Umumnya
sindroma disentri banyak dialami di masa balita yang merupakan masa bermain.
Jarang sekali anak berusia di bawah setahun menderita sindroma disentri, karena
umumnya porsi perhatian orang tua terhadap kebersihan anak usia bayi jauh lebih
besar. Aktivitasnya pun masih berada dalam pengawasan ketat orang tuanya.
D. TERJADINYA
KOMPLIKASI
Komplikasi
disentri biasanya terjadi akibat adanya faktor risiko pada diri penderita.
Contohnya, anak-anak yang tidak mendapat ASI, berstatus gizi buruk, atau dalam
waktu 6 bulan terakhir menderita campak. Komplikasi berawal dari melunaknya
dinding usus sehingga memudahkan bakteriShigella menginvasi jauh ke
dalam. Luka yang terjadi di dinding usus besar biasanya akan menjadi semakin
parah karena tercemar racun yang dihasilkan bakteri di usus besar. Kondisi ini
memicu terjadinya perforasi usus atau usus pecah yang akan menimbulkan
perdarahan hebat.
Racun yang
diproduksi bakteri disentri juga bisa membuat kerja peristaltik usus melemah.
Usus juga akan membesar (megakolon) yang ditandai dengan membuncitnya perut
penderita. Jika racun itu sampai ke otak, anak bisa mengalami kejang yang
berisiko menyebabkan radang otak. Sedangkan jika toksin sudah beredar ke
seluruh tubuh, akan terjadi keracunan darah (sepsis).
Pada kasus
disentri amuba, kuman bisa menjalar sampai ke hati dan menyebabkan kumpulan
nanah yang disebut abses. Perjalanan sindroma disentri hingga menimbulkan
komplikasi seperti ini dapat terjadi hanya dalam hitungan seminggu. Apalagi
bila ada faktor-faktor risiko tadi. Jadi agar disentri tak berubah fatal,
cegahlah faktor-faktor risiko tersebut dengan cara menggalakkan pemberian ASI,
mengupayakan perbaikan gizi, dan memberikan imunisasi, terutama imunisasi
campak.
E. PENGOBATAN
MEMADAI
Penderita
yang datang ke dokter dengan gambaran klinis diare berdarah dan berlendir akan
diobati dengan antibiotika. Selain itu, sebagai pengobatan dini, dokter akan
mencoba menyembuhkan pasien secara simtomatis (sesuai dengan gejala yang
timbul). Pemeriksaan tinja di laboratorium biasanya diperlukan untuk mengetahui
tanda-tanda adanya infeksi di usus besar, ketahanan kuman, dan jenis
disentrinya. Dengan begitu pemberian obat dapat disesuaikan. Kalau obat tak
sesuai dan kuman jadi kebal terhadap obat itu, komplikasi malah jadi lebih
mudah terjadi.
Namun Hadjat
memberi pilihan, bahwa pemeriksaan laboratorium yang akan menambah biaya
pengobatan tidak harus selalu dilakukan. Jika pilihan itu yang diambil,
penderita biasanya akan diberi antibiotik yang dianggap memadai selama 5-7
hari. Inilah yang disebut sebagai firstlinedrug . "Obat
pertama yang diberikan harus yang benar-benar pas untuk menghadapi kuman
disentri. Jika setelah diberikan obat tersebut terlihat tanda-tanda ke arah
kesembuhan, maka pasien tak perlu menjalani pemeriksaan lab. Dokter pun harus
mengikuti perkembangan resistensi kuman dengan menginformasikan orang tua
pasien kapan harus datang kembali untuk kontrol.
F. PENANGANAN
DI RUMAH
Anak yang
tengah terserang disentri sebaiknya diberi makanan lunak, mudah dicerna, tidak
merangsang, serta mengandung protein tinggi karena protein diperlukan untuk
proses penyembuhan. Yang patut diketahui, lanjut Hadjat, setelah pengobatan
berlangsung kenali tanda-tanda apakah kondisi anak makin membaik atau memburuk.
Sindroma disentri dikatakan semakin baik jika suhu tubuh penderita kembali
normal, darah pada tinja berkurang atau tak ada sama sekali, frekuensi buang
air besar berkurang, sakit perut hilang, dan nafsu makan anak berangsur
membaik.
Sedangkan
kondisi sindroma disentri dikatakan memberat bila kesadaran anak menurun,
kondisinya makin lemas, tidur terus-menerus, perut kembungnya tidak
kempes-kempes, tak bisa buang angin, darah yang keluar saat buang air besar
makin banyak, dan suhu tubuh yang tinggi tidak kunjung turun. Bila ada
tanda-tanda seperti itu, anak harus segera dibawa kembali ke dokter. Mungkin
saja sudah terjadi komplikasi dan perdarahan di usus yang hanya bisa diatasi
dengan perawatan intensif di rumah sakit.
Mencegah
disentri
Disentri
tersebar karena kebersihan yang buruk. Untuk meminimalkan risiko terkena
penyakit ini, jaga selalu kebiasaan hidup bersih dan sehat.Cuci tangan dengan
sabun setelah menggunakan toilet atau sebelum dan sesudah makan, baik untuk
diri sendiri maupun untuk orang lain/anak. Bila Anda bepergian, jangan minum
air setempat kecuali telah direbus selama paling sedikit 10 menit. Atau
gunakan air kemasan atau minuman bersoda dari kaleng atau botol yang
masih dalam kondisi bersegel. Jangan minum dari air mancur umum atau
membersihkan gigi dengan air keran Jangan makan buah segar atau sayuran yang
tidak bisa dikupas sebelum makan. Jangan makan atau minum produk susu, keju
atau susu yang mungkin belum dipasteurisasi. Jangan makan atau minum apa pun
yang dijual oleh PKL (kecuali minuman dari kaleng benar disegel atau botol).
No comments:
Post a Comment