Friday, March 20, 2015

PENYLUHAN DISENTRI


SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

PENYAKIT DISENTRI
















Disusun oleh :
Sani Tryana Septian
NIM : C.14201.12.031



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2013


SATUAN ACARA PENYULUHAN
 (SAP)
  1. Pokok Bahasan                       : Penyakit Disentri
  2. Sub Pokok Bahasan                : penyebab, gejala dan pencegahan disentri
  3. Hari/tanggal                            : Jum’at/07 Juni 2013
  4. Tempat                                    : Kp. Calingcing
  5. Sasaran                                    : Masyarakat
  6. Waktu                                     : ± 15 menit
  7. Penyuluh                                 : Sani Tryana Septian
  8. Latar Belakang/ Deskripsi      :
            “Disentri merupakan  peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang terjadi berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah. Hal inilah yang membuat penyakit disentri harus diwaspadai. Apalagi penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tidak hanya orang dewasa, anak-anak bahkan balita pun dapat menderitanya. Agar kita dapat menghindari penyakit yang satu ini, tidak ada salahnya apabila kita mengenalnya lebih dekat.
Kebanyakan orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat mengalami serangan penyakit berulang-ulang. Oleh karena itu, tugas dari tim kesehatan khususnya sebagai perawat memberikan penjelasan sepenuhnya mengenai tata laksana pengobatan dan pencegahan disentri, ini juga untuk menerapkan pola prinsip hidup sehat agar terhindar dari berbagai penyakit salah satunya yaitu Disentri”.
  1. Tujuan
a. Tujuan Instruktur Umum          :“Setelah di lakukan penyuluhan kesehatan mengenai kebersihan diri dan lingkungan sebagai upaya pencegahan Disentri di harapkan orang tua/wali dan siswa-siswa mampu memahami tentang menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta membimbing anaknya”
b. Tujuan Instruktur  Khusus        : “Setelah di berikan penyuluhan atau promosi kesehatan di harapkan mampu,
                                    1. Mampu menjelaskan pengertian penyakit Desentri
                                    2. Mampu menyebutkan tanda dan gejala
                                    3. Mampu menyebutkan penyebab Desentri
                                    4. Menyebutkan  jenis-jenis Desentri
5. Megetahui cara pengobatan rumah dan pencegahan Desentri secara dini”.

  1. Metode                                  : Ceramah dan Diskusi
  2. Media                                      : Leaflet
  3. Sumber
-DeWitt G.T, Acute Infectious Bloody Diarrhea. Pediatr. Rev. 1992;13;97-119
-Jones ACC, Farthing MJG. Management of infectious diarrhoea. Gut 2004; 53:296-305.
-Diniz-Santos R.D., Santana, Epidemiological and Microbiological Aspects of Acute Bacterial Diarrhea in Children from Salvador, Bahia, Brazil, The Brazilian Journal of Infectious Diseases 2005;9(1):77-83
  1. Langkah-langkah penyuluhan/ Promosi Kesehatan
No.
Waktu
Tahapan
Kegiatan
Peserta
Metode
Media
1.
2 menit
Pembukaan
-Salam
-Perkenalan
-Jelaskan tujuan/persepsi
(menggali Informasi)
-Menjawab salam
-Antusias
-Kooperatif, Mendengarkan
-
-
2.
10 menit
Pelaksanaan
Menjelaskan:
-Pengertian Disentri
-Konsep disentri pada anak-anak
-Menyebutkan tanda dan gejala
-Menjelaskan penyebab Disentri
-Memutar film bertema kebersihan Diri dan Lingkungan
-Role play “Disentri karena jajan sembarangan”
-Simpulan
Memperhatikan dengan Seksama
Ceramah, Diskusi
Lembar balik.
5.
3 menit
Penutup
-Evaluasi
-Kesimpulan
-Terminasi
-Salam

Menjawab salam
-
-

                       






















MATERI
DISENTRI

A.    PENGERTIAN
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan)dan enteron(=usus)yaitu peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar,  tinja berlendir bercampur darah. Buang air besar ini berulang-ulang yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan dan darah.
B.     DIAGNOSIS
Gejala klinis
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan tenesmus yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian. Hal ini dikarenakan terdapat hubungan perkembangan metabolisme cairan dan elektrolit sistem gastrointestinal yang memiliki variasi usia. Pada bayi mukosa usus cenderung lebih permeabel terhadap air. Sehingga pada bayi dampak dari peningkatan osmolalitas lumen karena proses diare menghasilkan kehilangan cairan dan elektrolit yang lebih besar daripada anak yang lebih tua atau orang dewasa dengan proses yang sama. 
Disentri Amuba Carrier (Cyst Passer) tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan karena amuba yang berada dalam lumen usus besar tidak mengadakan invasi ke dinding usus. Timbulnya penyakit (onset penyakit) perlahan-lahan. Penderita biasanya mengeluh perut kembung, kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang (tenesmus). Dapat timbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk. Kadang juga tinja bercampur darah dan lendir. Terdapat sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid, jarang nyeri di daerah epigastrium. Keadaan tersebut bergantung pada lokasi ulkusnya. Keadaan umum pasien biasanya baik, tanpa atau sedikit demam ringan (subfebris). Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau sedikit nyeri tekan.
Laboratorium
Dalam tinja pasien dapat ditemukan bentuk trofozoit yang masih bergerak aktif seperti keong dengan menggunakan pseudopodinya yang seperti kaca. Jika tinja berdarah, akan tampak amoeba dengan eritrosit di dalamnya. Bentik inti akan nampak jelas bila dibuat sediaan dengan larutan eosin. Temuan adanya trofozoit sebagai diagnosis pasti amubiasis, temuan adanya kista amuba beum cukup untuk mendiagnosis amuba. 
Kista amubiasis berbentuk bulat dan berkilau seperti mutiara. Di dalamnya terdapat badan-badan kromatoid yang berbentuk batang dengan ujung tumpul, sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat melihat intinya, dapat digunakan larutan lugol. Akan tetapi dengan larutan lugol ini badan-badan kromatoid tidak tampak. Bila jumlah kista sedikit, dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan metode konsentrasi dengan larutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan larutan seng sulfat kista akan terapung di permukaan sedangkan dengan larutan eterformalin kista akan mengendap. 
KOMPLIKASI
1.    Hipokalemi. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian oralit atau makanan kaya kalium seperti pisang, air kelapa dan sayuran berdaun hijau.
2.    Demam tinggi. Jika anak demam tinggi (≥ 39 ° C atau ≥ 102,2 ° F) yang akan menyebabkan kesulitan, berikan parasetamol.
3.    Prolaps rektum. Sedikit tekan kembali prolaps rektum menggunakan sarung tangan bedah atau kain basah. Atau, siapkan cairan yang hangat dari magnesium sulfat dan kompres dengan larutan ini untuk mengurangi prolaps dengan mengurangi edema tersebut.
4.    Kejang. Jika berlangsung lama atau berulang, maka berikan antikonvulsi dengan daizepam intravena atau diazepam rektal.
5.    Sindrom hemolitik-uremik. Bila pemeriksaan laboratorium tidak dapat dilakukan, maka pikirkan kemungkinan sindrom hemolitik-uremik (HUS) pada pasien dengan mudah memar, pucat, kesadaran menurun atau tidak ada output urin

C.     CARA PENULARAN
Sindroma disentri dapat menular melalui berbagai cara dan media. Misalnya, minum air yang tercemari tinja atau makan tanpa mencuci tangan setelah bermain di tempat kotor (fecal oral) . Kontak langsung dengan orang atau alat rumah tangga yang tercemar juga dapat memberi jalan bagi masuknya bakteri atau amuba penyebab disentri. Penularan dengan cara-cara ini biasanya terjadi di daerah yang padat populasinya atau di daerah yang sanitasi dan higienitasnya kurang baik.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan sanitasi lingkungan, termasuk memperhitungkan jarak antara lokasi pembuangan kotoran dan sumber air serta tempat tinggal. Cuci tangan sebelum makan juga amat disarankan. Tentu saja, apa yang dimakan dan diminum harus bersih.
Umumnya sindroma disentri banyak dialami di masa balita yang merupakan masa bermain. Jarang sekali anak berusia di bawah setahun menderita sindroma disentri, karena umumnya porsi perhatian orang tua terhadap kebersihan anak usia bayi jauh lebih besar. Aktivitasnya pun masih berada dalam pengawasan ketat orang tuanya.

D.    TERJADINYA KOMPLIKASI
Komplikasi disentri biasanya terjadi akibat adanya faktor risiko pada diri penderita. Contohnya, anak-anak yang tidak mendapat ASI, berstatus gizi buruk, atau dalam waktu 6 bulan terakhir menderita campak. Komplikasi berawal dari melunaknya dinding usus sehingga memudahkan bakteriShigella menginvasi jauh ke dalam. Luka yang terjadi di dinding usus besar biasanya akan menjadi semakin parah karena tercemar racun yang dihasilkan bakteri di usus besar. Kondisi ini memicu terjadinya perforasi usus atau usus pecah yang akan menimbulkan perdarahan hebat.
Racun yang diproduksi bakteri disentri juga bisa membuat kerja peristaltik usus melemah. Usus juga akan membesar (megakolon) yang ditandai dengan membuncitnya perut penderita. Jika racun itu sampai ke otak, anak bisa mengalami kejang yang berisiko menyebabkan radang otak. Sedangkan jika toksin sudah beredar ke seluruh tubuh, akan terjadi keracunan darah (sepsis).
Pada kasus disentri amuba, kuman bisa menjalar sampai ke hati dan menyebabkan kumpulan nanah yang disebut abses. Perjalanan sindroma disentri hingga menimbulkan komplikasi seperti ini dapat terjadi hanya dalam hitungan seminggu. Apalagi bila ada faktor-faktor risiko tadi. Jadi agar disentri tak berubah fatal, cegahlah faktor-faktor risiko tersebut dengan cara menggalakkan pemberian ASI, mengupayakan perbaikan gizi, dan memberikan imunisasi, terutama imunisasi campak.

E.     PENGOBATAN MEMADAI
Penderita yang datang ke dokter dengan gambaran klinis diare berdarah dan berlendir akan diobati dengan antibiotika. Selain itu, sebagai pengobatan dini, dokter akan mencoba menyembuhkan pasien secara simtomatis (sesuai dengan gejala yang timbul). Pemeriksaan tinja di laboratorium biasanya diperlukan untuk mengetahui tanda-tanda adanya infeksi di usus besar, ketahanan kuman, dan jenis disentrinya. Dengan begitu pemberian obat dapat disesuaikan. Kalau obat tak sesuai dan kuman jadi kebal terhadap obat itu, komplikasi malah jadi lebih mudah terjadi.
Namun Hadjat memberi pilihan, bahwa pemeriksaan laboratorium yang akan menambah biaya pengobatan tidak harus selalu dilakukan. Jika pilihan itu yang diambil, penderita biasanya akan diberi antibiotik yang dianggap memadai selama 5-7 hari. Inilah yang disebut sebagai firstlinedrug . "Obat pertama yang diberikan harus yang benar-benar pas untuk menghadapi kuman disentri. Jika setelah diberikan obat tersebut terlihat tanda-tanda ke arah kesembuhan, maka pasien tak perlu menjalani pemeriksaan lab. Dokter pun harus mengikuti perkembangan resistensi kuman dengan menginformasikan orang tua pasien kapan harus datang kembali untuk kontrol.

F.      PENANGANAN DI RUMAH
Anak yang tengah terserang disentri sebaiknya diberi makanan lunak, mudah dicerna, tidak merangsang, serta mengandung protein tinggi karena protein diperlukan untuk proses penyembuhan. Yang patut diketahui, lanjut Hadjat, setelah pengobatan berlangsung kenali tanda-tanda apakah kondisi anak makin membaik atau memburuk. Sindroma disentri dikatakan semakin baik jika suhu tubuh penderita kembali normal, darah pada tinja berkurang atau tak ada sama sekali, frekuensi buang air besar berkurang, sakit perut hilang, dan nafsu makan anak berangsur membaik.
Sedangkan kondisi sindroma disentri dikatakan memberat bila kesadaran anak menurun, kondisinya makin lemas, tidur terus-menerus, perut kembungnya tidak kempes-kempes, tak bisa buang angin, darah yang keluar saat buang air besar makin banyak, dan suhu tubuh yang tinggi tidak kunjung turun. Bila ada tanda-tanda seperti itu, anak harus segera dibawa kembali ke dokter. Mungkin saja sudah terjadi komplikasi dan perdarahan di usus yang hanya bisa diatasi dengan perawatan intensif di rumah sakit. 
Mencegah disentri
Disentri tersebar karena kebersihan yang buruk. Untuk meminimalkan risiko terkena penyakit ini, jaga selalu kebiasaan hidup bersih dan sehat.Cuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet atau sebelum dan sesudah makan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain/anak. Bila Anda bepergian, jangan minum air setempat kecuali telah direbus selama paling sedikit 10 menit. Atau gunakan  air kemasan atau minuman bersoda dari kaleng atau botol yang masih dalam kondisi bersegel. Jangan minum dari air mancur umum atau membersihkan gigi dengan air keran Jangan makan buah segar atau sayuran yang tidak bisa dikupas sebelum makan. Jangan makan atau minum produk susu, keju atau susu yang mungkin belum dipasteurisasi. Jangan makan atau minum apa pun yang dijual oleh PKL (kecuali minuman dari kaleng benar disegel atau botol).



No comments:

Post a Comment